“Ko, menurut Koko
banyak tidak orang yang jadi korban di tempat fitness?” tanya saya suatu kali.
“Maksudnya?” tanya nya
klarifikasi.
“Maksudnya gara-gara
dia ikut fitness terus kenalan dengan gay dan dijadiin gay juga.” Jelas saya
“Wah ga tahu.. Saya
ga pernah survey.” U menjawab.
“Lha bukannya Koko
banyak kenalan gay?”
“Wuih. Sejak kapan
saya punya banyak kenalan gay? Saya kan hanya ngobrol saja.” Ngeles.
“Nah waktu ngobrol,
pernah tanya-tanya mereka ga?” uber saya lagi.
“Ya pernahlah. Tapi
ga pernah tanya begituan lah.” Jawabnya.
“Atau Koko sendiri,
pernah berapa kali ketemu cowo straight, terus gara-gara Koko, dia jadi kenal
dengan dunia gay?” tidak putus asa saya bertanya.
“Kurang asem kamu!
Memang saya tukang jadiin, para cowo jadi gay.” Jawabnya sebal.
“Sory… sory… bukan
begitu. Maksudnya pernah berapa kali cowo yang sebelumnya tidak pernah tahu
beginian?” masih tidak putus asa.
“Sudah begini aja.
Saya sih tidak jelas mereka itu benar-benar straight tidak. Tapi memang ada
beberapa sepertinya mereka kaget waktu pertama kali lihat orang bugil atau
dipegang-pegang.” Jawabnya.
“Oh ya? Jadi
ceritanya bagaimana tuh?” minta penjelasan lebih rinci.
“Ada se kia (remaja,
red) yang waktu saya sedang pakai CD,
merhatiin barang saya melulu.. Padahal mereka tuh masih kecil….” Katanya.
“Mungkin mereka
penasaran, nanti kalau sudah dewasa seperti apa jadinya barang mereka..” saya
coba kasih masukan.
“Iya mungkin saja.
Ada juga mau dipegang-pegang asal gantian. Maksudnya setelah dipegang, dia juga
mau pegang barang saya.” Tambahnya.
“Busyet. Jadi Koko
pernah main pegang aja?”
“Ga bisa lah. Bisa
digebukin. Kan mereka kasih kesempatan juga.” Katanya.
“Maksudnya?” tanya
saya.
“Dia kan tidak pakai
CD terus handuknya dibuka lebar gitu. Orangnya masih muda banget. Masih SMA
lho!” jelasnya.
“Oh gitu. Tapi
sepertinya dia sempat tanya, buat apa sih pegang-pegang?”
“Busyet. Itu sih
jangan dipegang lah Ko. Dia kan tidak mau dipegang.” Kata saya.
“Ah tidak tahu juga.
Dia sih welcome saja. Tidak keberatan kok.” Katanya.
“Lha kalau tidak
keberatan , kenapa tanya buat apa dipegang-pegang?” saya mencari logika.
“Tauk ah gak jelas.
Tapi memang saya menyesal juga pegang-pegang barang anak kecil. Jadi saya tidak
mau pegang lagi.”
“Iya. Jangan lah Ko.
Kalau dia ketagihan bagaimana? Atau shock saat dipegang.”
“Sok tahu kamu. Saya
tidak mau memaksa koq”
“Terus ada
pengalaman lain lagi?”
“Ada juga, seorang
pemuda yang baru pulang kuliah dari luar negeri. Begitu sempat melihat saya
bugil, ia jadi horni. Rasanya dia sudah jadi gay di luar negeri. Dia tuh
langsung ‘on’ dan ngocok di tempat. Padahal saya bukan bugil habis, kan masih
ditutupi dengan handuk kecil. Setelah itu malah dia lebih gila. Dia sering
ngocok di depan orang lain.”
“Ha? Gawat ya.
Gara-gara terangsang terus sembarangan saja coli. Terus jadi ketagihan.” Kata
saya
“Memang. Rasanya dia
di luar negeri sudah pernah ML dengan cowo. Padahal dia itu masih muda lho.
Baru lulus kuliah di luar negeri.”
“Iya. Sekarang
banyak pemuda remaja yang sudah berani nunjukkan diri jadi gay. Tapi hanya di
kalangan teman saja, tidak berani ungkapin ke keluarga.”
“Ada juga mahasiswa
yang akhirnya lulus kuliah di universitas swasta di Karawaci. Dia tuh masih
baru tertarik dengan cowo. Orangnya ganteng , pintar dan tajir. Sudah punya
pacar cewe cantik lho. Herannya, waktu dipegang, barangnya jadi gede banget.
Ukuran anak sekarang gede-gede. Akhirnya malah dia minta diisap dan ditusuk.
Berani banget ya. Tidak kenal , bisa minta ditusuk. Itu gara-garanya dia ingin
merasakan seperti apa. Malah maksa lagi. Ngambek-ngambek, kalau tidak ditusuk.
Pusing juga. “
“Nah kalau ini ,
sepertinya dia ingin coba-coba. Parahnya bisa keterusan. Akhirnya jadi bisex”
kata saya.
“Ya betul. Dia tuh
aktif lagi di wihara. Kalau lagi kepingin, bisa telepon saya.” Tambahnya.
“Nah itu salah Koko
lho jadi dia ketagihan.” Samber saya.
“Enak aja. Dia
sendiri yang mau. Saya ga mau tusuk, malah dia paksa. Pakai ngambek lagi.”
Katanya.
“Ya, tapi kan Koko
yang mulai.” Kata saya.
“Kamu tuh jangan
naïf lah. Dia tuh pasti sudah dari sononya tertarik. Buktinya waktu ketemu
saya, dia bilang agak takut waktu ketemu seseoran di tempat fitness juga.
Padahal dia kenal orang itu sebelum ketemu saya. Berarti kemungkinan dia pernah
dengan orang itu juga.” Katanya.
“Ya udah. Jadi tidak
ada dong ya, yang pertama kali dipegang oleh Koko?” tanya saya.
“Tidak tahu juga. Saya
tidak bisa pastikan. Mungkin saja, dia itu pertama kali, saya yang pegang.”
Katanya.
“Oh ada. Rasanya
satu pemuda Chinese, lumayan ganteng, badannya six pack lho. Dia tuh sering
perhatiin saya. Tidak tahu kenapa. Karena penasaran, saya coba dekatin tangan
saya ke tonjolan di balik handuk dia. Dia tidak menolak. Terus waktu handuknya
dibuka, dikasih juga. Malah waktu dicoliin, dia ketagihan. Pas saya tanya, apa
pernah dicoliin orang lain, dia bilang belum pernah. Dalam hati saya bilang,
mati saya. Saya langsung minta maaf ke dia dan berhenti coliin dia. Dia bilang
tidak apa-apa. Terus dia minta terusin coli nya. Soalnya dia belum keluar. Nah
akhirnya terpaksa saya kabulkan, coliin dia sampai selesai. Saya menyesal lho.
Rasanya berdosa banget. “ katanya.
“Wah kelihatannya
yang ini, benar-benar salah Koko deh. Karena jelas-jelas dia belum pernah.”
Komentar saya.
“Lah , tapi kenapa
dia lihatin saya melulu. Kan saya tidak bugil. Terus waktu dipegang juga tidak
nolak. Hanya ngakunya dia tidak pernah aja.” Dia coba membenarkan diri.
“Ya udah deh. Ga
menang deh ngomong sama Koko.” Kata saya.
“Ya iyalah…. Namanya
juga lebih pengalaman… Tapi saya rasa cowo yang mau dipegang itu, pada dasarnya
ia sudah punya bibit sebelumnya” katanya.
“Oh iya ada lagi.
Itu anak SMA. Kasihan juga dikerjain sama gay. Awalnya paha dia disentuh sama
kaki si gay. Terus karena tidak ditolak, si gay tambah berani. Lama-lama,
handuknya dibuka. Terus barangnya dikocok. Malah dia disuruh ngisep barangnya
si gay. Gila tuh orang gay. Tapi aneh juga tuh anak SMA. Saya rasanya kasihan
dengan dia. Pengin berhentiin ulah si gay, takut juga si gay marah dan tuh anak
ga suka. AKhirnya si gay selesai juga ngerjain tuh anak. Setelah tuh gay
keluar, saya tanya, apa kamu pernah begitu. Katanya belum. Kasihan juga. Pasti
dia keterusan. Tuh anak lanjutin kuliah di Bandung, tapi pernah waktu liburan
ke Jakarta, ketemu lagi. Dia sedang termenung saja. Seperti menantikan orang.
Rupanya dia ingin ketemu orang model si gay itu. Dia benar-benar ketagihan.
Terpaksalah saya bantuin dia keluarin.” Lanjutnya.
“Terpaksa? Ga salah
tuh?” potong saya.
“Lah kan dia yang
horni , bukan saya.” Jawabnya kesal.
“Iya, tapi Koko
harusnya bilangan ke dia, agar jangan begitu.” Saya kasih alasan.
“Mana bisa. Dia tuh
sudah horni dan sedang menunggu adanya orang seperti si gay, agar kerjain dia
lagi.” Dia ngedumel. “Udah ah…. Pusing juga ya ngomong sama kamu. Nanti kalau
saya ingat yang lain, saya bilangin ke kamu deh.“ Dia pun keluar ruang steam.
Pertanyaan saya
belum terjawab benar. Sepertinya ada yang memang baru pertama kali dilecehkan
secara seksual di tempat fitness. Maksudnya mungkin barangnya dipegang,
dikocokin , diisap atau bahkan ditusuk. Tapi tidak tahu apakah mereka
benar-benar baru pertama kali. Mungkin dalam diri mereka sudah ada bibitnya.
Hanya kejadiannya terwujud gara-gara mereka ikut fitness.
Buat yang belum
pernah ML dan tidak ingin jadi gay, sebaiknya hindarkan kesempatan dilecehkan
oleh gay. Kabur secepatnya, kalau ada yang mau coba-coba. Karena kalau kejadian
dan akhirnya ketagihan, sangat sulit untuk berhenti.
Ada yang berpendapat
bahwa cowo yang fitness kebanyakan atau cenderung gay atau setidaknya bisex.
Jadi kalau memang ingin menghapus kesempatan dilecehkan , mending olah raga
lari pagi saja sendiri. Lebih aman. Atau kalau mau fitness, jangan kasih
kesempatan sama sekali untuk ML. Begitu ada yang mau coba-coba, langsung
kabur!!!
Biarlah pengalaman
yang diungkapkan oleh U menjadi bekal buat yang tidak ingin terlibat hubungan
sejenis. Semoga bermanfaat.
Bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar