Kamis, 30 April 2015

Diskusi dengan gay : Kenalan… Oh… Kenalan… (8)


“Hai.. ketemu lagi” sapa U saat kita berada di ruang steam
“Apa kabar Ko?” tanya saya.
“Baik. Hari ini mau tanya apalagi?” tanya U setengah menggoda.
“Ga ah… lagi ga mood.” Jawab saya.
“Ya udah… sekarang giliran saya yang nanya” katanya.
“Ha?” respons saya kaget.
“Ya gantian dong. Masa situ terus yang nanya.” Santai saja ngomongnya.
“Hmmmm.” Saya ga bisa ngomong apa-apa.
“Kalau kamu sendiri gay bukan?” tanyanya membalikkan pertanyaan saya dulu.
“Enak aja…” ngomel saya.
“Lah kalau km bukan gay, ngapain kamu nanya-nanya saya mulu?” tanyanya.
“Emang ga boleh tahu? Kan Koko sendiri yang awalnya bugil-bugil.” Argumen saya.
“Iya sih. Tapi kamu kan tanya saya begitu, masa saya ga boleh tahu?” sanggahnya.
“Lah… Koko sendiri belum kasih jawaban, Koko gay bukan?” saya tidak mau kalah.
“Masa? “ dia bingung sendiri.
“Yah… capek deh.” Kata saya. “Begini aja, Koko sekarang cerita dulu lah, gimana awalnya Koko jadi suka bugil-bugil gitu.”usul saya.
“Pintar ya kamu ngeles nya.”
Saya hanya bisa senyum-senyum aja.
U pun terlihat seperti termenung. Saya biarin aja.
“Hmh… Dulu sih saya takut bugil-bugil begini.” Mulainya.
“Oh ya? Terus bagaimana jadi bisa seperti gitu?” pancing saya.
“Tahu juga.. Memang kalo dipikir-pikir bingung juga. Dulu mana berani saya bugil. Sepertinya prosesnya panjang. Udah kelewat lama, jadi lupa.”
“Jadi dulu lengkap dong pakai handuknya?”
“Iyalah. Hanya saya ini kan orangnya rada malas.” Jelasnya yang buat saya tidak jelas…
“Malas ngapain?”
“Karena saya malas cari pembantu, habis berhenti melulu. Jadi saya cuci sendiri baju saya.”
“Lah apa hubungannya?” tanya saya tidak mengerti.
“Jadi saya malas, kalau ke dalam ruang steam pakai CD, karena jadi basah. Padahal kalau basah kan CD jadi bau kalau tidak langsung dicuci. Saya kan cuci baju tidak tiap hari, karena hanya sedikit kalau langsung dicuci pakai mesin cuci.” Jelasnya.
“Maksudnya jadi ‘oshin’ nih? Jiah… bos jadi pembantu….” Ledek saya.
“Biarin… daripada punya pembantu buat pusing kepala” katanya.
“Awalnya saya terbalik. Karena takut handuknya basah, saya ke ruang steam dan sauna hanya pakai CD saja.”
“Wah… sexy dong..”
“He…he…. Masa dulu waktu saya pakai CD aja, ada cowo yang naksir lho.” Katanya dengan sedikit bangga.
“Oh ya? Terus bagaimana?”
“Mula-mula kita hanya suka ngobrol saja. Itu juga jaraknya agak jauh. Akhirnya jadi sering ngobrol. Lama-lama sudah keasikan. Dia pindah ke samping saya duduknya. Waktu dia jalan di depan saya, saya kaget juga. Tonjolan di CD nya sudah besar. Waktu dulu , saya yang takut. Jadi saya kabur lah. Padahal orangnya ganteng lho. Lulusan luar negeri lagi. Wkwkwk”
“Dasar. Kalau sekarang bakal diterusin ya?” komentar saya.
“He..he… Engga juga. Sekarang kan sudah mau tobat lagi.” Katanya.
“Ga salah tuh?” ledek saya.
“Iyalah. Kalau tidak, memang kamu masih selamat?”
“What?”
“Eh…. Sory… jadi ngelantur. Nyambung lagi ya. Dulu waktu pakai CD aja, malah ada yang naksir dan pegang-pegang barang saya di balik CD saya lho..” kata dia.
“Wah berarti Koko terkena pelecehan seksual tuh.” Komentar saya.
“Iya. Saya juga baru menyadari. Mungkin gara-gara begitu, pelan-pelan saya jadi ikutan ya?” katanya.
“Mungkin juga. Nah setelah menyadari saya malas cuci baju setiap hari. Akhirnya saya balik, pakai handuk aja. CD nya disimpan agar tidak basah.” Terusnya lagi.
“Nah gara-gara malas, jadi keterusan ya?” komentar saya.
“Begitulah. Awalnya karena lama di ruang sauna dan steam, handuk jadi basah juga. Masa setelah mandi, pakai handuk basah? Rasanya bagaimana gitu. Jadi saya mulai pikir bagaimana supaya bisa atasi hal ini.” Katanya.
“Minta aja 2 handuk.” Usul saya.
“Iya. Dulu kan tidak boleh.. Jadi saya terpaksa saya pakai strategi. Supaya tidak basah, saya buka saja handuknya. Saya lipat yang rapi masukin ke kantong plastic yang saya bawa. Nah dari situ saya mulai coba-coba peruntungan. Moga-moga tidak ada yang masuk waktu lagi buka handuk.”
“Oh gitu…”
“Lama-lama kebiasaan ngegampangin masalah. Saya anggap orang ga bakalan masuk dan pergoki saya bugil. Tapi berkali-kali asumsi saya salah. Ternyata cukup banyak yang masuk… “
“Iya , logikanya pasti ada orang lain lah. Memangnya di rumah sendiri.” Saya menimpali.
“Awalnya saya masih coba sembunyikan. Tapi lama-lama malas juga. Ha..ha… namanya juga orang cenderung malas ya…” katanya.
“Maksudnya bagaimana?”
“Masa sih, hanya gara-gara malas, jadi begitu ya?” saya belum mengerti.
“Kenyataan begitu. Kamu sih enak. Di rumah ada pembantu. Saya tuh malas cari pembantu. Lagian pembantu ga betah, kalau di rumah sepi. Biar digaji besar, tapi kalau tidak ada teman ngobrol akhirnya pembantu pada ngerumpi ke tetangga. Itu yang saya tidak suka.” Katanya.
“Maksudnya sembunyiin apa? Tanya saya
“Iya, ditutupi lah. Tanya-tanya lagi. Kalo ada yang masuk ruang waktu saya lagi tidak pakai handuk, ya saya tutupi saja dengan plastic atau handuk.” Katanya.
“oh…. Ok..ok..”
“Tapi ga sepenuhnya begitu juga.” Lanjutnya.
“Memang ada apa lagi?”
“Lha walau saya tutupi pakai handuk, tetap saja orang banyak yang iseng.” Katanya.
“Iseng bagaimana?”
“Lah waktu saya sedang berbaring begitu, ada aja yang megang-megang barang kita.”
Wah saya tidak komentar d. Kan memang saya sendiri sudah mengalami.
“Lama-lama jadi biasa juga, dipegang-pegang. Uda nasib kali ya?” katanya.”Pernah , waktu saya sedang berbaring, ada yang megang-menga barang saya. Terus karena saya diamin, dia makin berani”
“Siapa suruh didiamin. Disentil dong tangannya.” Kata saya.
“Emang juga sih. Maklum ngarepjuga.com” katanya menyeringai.”Barang saya diraihnya. Handuk saya disingkirkan, terus dikocok-kocok. Bukan itu saja, dia isap juga. Waktu itu saya takut. Karena itu kan di ruang sauna, orang bisa lihat. Jadi saya keluar saja dan pindah ke ruang steam. Tidak tahunya dia ikut juga ke situ. Terus dia samber lagi barang saya. Diisap lagi. Karena enak, akhirnya saya diamin saja. Bayangin, sampai saya bilang mau keluar. Terus dia isap juga.”
“Buset ya..”
“Begitulah… Akhirnya saya sampai keluar.” Katanya.
“Oh gitu… hmmh.. rumit juga. Jadi gara-gara ada yang gituin Koko, sekarang Koko ikutan ya?”
“Tahu juga deh. Yang pasti saya jadi ga bisa nahan. Lama-lama seperti nya juga mau melakukan hal yang sama. Ah.. udah ah… nanti lagi ngomongnya. Rasanya seperti buat perut melilit.”
“Iya..ya…”

Begitulah asal-usul penggemar bugil-bugilan. Hanya gara-gara hal yang sepele yaitu gara-gara malas, akhirnya jadi melebar ke hal-hal lain.
Setiap orang punya cerita masing-masing.
Ada yang terpengaruh karena melihat orang lain juga melakukannya.
Ada yang ingin tahu seperti apa rasanya bugil-bugilan.
Ada yang bahkan sudah tidak malu lagi untuk difoto-foto.
Bahkan foto barang rahasia sudah umum di internet.
Dengan lingkungan seperti sekarang ini, pornografi semakin merajalela, siapa bisa selamat?
Pasti pengaruhnya ada.
Orang yang depannya normal-normal aja, gara-gara peluang sedikit, dimanfaatkan pelaku dan akhirnya karena asik jadi ikutan. Itu memang  salah satu modus.
Setelah itu siapa bisa menolak tawaran kenikmatan?
Ada juga sih. Tapi jarang.

Hanya orang-orang yang kuat imannya saja yang bisa keluar jadi pemenang.
Namun untuk jadi pemenang tentu perlu latihan.
Perlu pengorbanan.
Aih…. Dunia ini….

Seberapa banyak cowo straight yang sudah dikerjai di ruang steam dan sauna?
Seberapa banyak sudah remaja dan pemuda yang berkenalan pertama kali dengan dunia gay di sana?
Seberapa banyak mereka yang mencicipi kenikmatan dunia gay saat melepaskan penat di ruang steam dan sauna?
Seberapa banyak sudah pria yang ikutan menjadi bi / gay gara-gara tidak bisa membentengi diri dengan iman?
Seberapa banyak …. Seberapa banyak?
Tidak ada datanya…
Namun tidak dapat disangkal…
Para penikmat gymn dan steam-sauna sebagian adalah para gay.
Seberapa banyak mereka ke tempat fitness untuk mencari pasangan atau pun korban.
Beberapa dari mereka memang sengaja mencari kepuasan di sana
Jadi masih berani mencoba?
Bila ingin selamat, jangan pernah mencoba!

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar