“Hai.. ketemu lagi”
sapa U saat kita berada di ruang steam
“Apa kabar Ko?”
tanya saya.
“Baik. Hari ini mau
tanya apalagi?” tanya U setengah menggoda.
“Ga ah… lagi ga
mood.” Jawab saya.
“Ya udah… sekarang
giliran saya yang nanya” katanya.
“Ha?” respons saya
kaget.
“Ya gantian dong.
Masa situ terus yang nanya.” Santai saja ngomongnya.
“Hmmmm.” Saya ga
bisa ngomong apa-apa.
“Kalau kamu sendiri
gay bukan?” tanyanya membalikkan pertanyaan saya dulu.
“Enak aja…” ngomel
saya.
“Lah kalau km bukan
gay, ngapain kamu nanya-nanya saya mulu?” tanyanya.
“Emang ga boleh
tahu? Kan Koko sendiri yang awalnya bugil-bugil.” Argumen saya.
“Iya sih. Tapi kamu
kan tanya saya begitu, masa saya ga boleh tahu?” sanggahnya.
“Lah… Koko sendiri
belum kasih jawaban, Koko gay bukan?” saya tidak mau kalah.
“Masa? “ dia bingung
sendiri.
“Yah… capek deh.”
Kata saya. “Begini aja, Koko sekarang cerita dulu lah, gimana awalnya Koko jadi
suka bugil-bugil gitu.”usul saya.
“Pintar ya kamu
ngeles nya.”
Saya hanya bisa
senyum-senyum aja.
U pun terlihat
seperti termenung. Saya biarin aja.
“Hmh… Dulu sih saya
takut bugil-bugil begini.” Mulainya.
“Oh ya? Terus
bagaimana jadi bisa seperti gitu?” pancing saya.
“Tahu juga.. Memang
kalo dipikir-pikir bingung juga. Dulu mana berani saya bugil. Sepertinya
prosesnya panjang. Udah kelewat lama, jadi lupa.”
“Jadi dulu lengkap
dong pakai handuknya?”
“Iyalah. Hanya saya
ini kan orangnya rada malas.” Jelasnya yang buat saya tidak jelas…
“Malas ngapain?”
“Karena saya malas
cari pembantu, habis berhenti melulu. Jadi saya cuci sendiri baju saya.”
“Lah apa
hubungannya?” tanya saya tidak mengerti.
“Jadi saya malas,
kalau ke dalam ruang steam pakai CD, karena jadi basah. Padahal kalau basah kan
CD jadi bau kalau tidak langsung dicuci. Saya kan cuci baju tidak tiap hari,
karena hanya sedikit kalau langsung dicuci pakai mesin cuci.” Jelasnya.
“Maksudnya jadi ‘oshin’
nih? Jiah… bos jadi pembantu….” Ledek saya.
“Biarin… daripada
punya pembantu buat pusing kepala” katanya.
“Awalnya saya
terbalik. Karena takut handuknya basah, saya ke ruang steam dan sauna hanya
pakai CD saja.”
“Wah… sexy dong..”
“He…he…. Masa dulu
waktu saya pakai CD aja, ada cowo yang naksir lho.” Katanya dengan sedikit
bangga.
“Oh ya? Terus
bagaimana?”
“Mula-mula kita
hanya suka ngobrol saja. Itu juga jaraknya agak jauh. Akhirnya jadi sering
ngobrol. Lama-lama sudah keasikan. Dia pindah ke samping saya duduknya. Waktu
dia jalan di depan saya, saya kaget juga. Tonjolan di CD nya sudah besar. Waktu
dulu , saya yang takut. Jadi saya kabur lah. Padahal orangnya ganteng lho.
Lulusan luar negeri lagi. Wkwkwk”
“Dasar. Kalau
sekarang bakal diterusin ya?” komentar saya.
“He..he… Engga juga.
Sekarang kan sudah mau tobat lagi.” Katanya.
“Ga salah tuh?”
ledek saya.
“Iyalah. Kalau
tidak, memang kamu masih selamat?”
“What?”
“Eh…. Sory… jadi
ngelantur. Nyambung lagi ya. Dulu waktu pakai CD aja, malah ada yang naksir dan
pegang-pegang barang saya di balik CD saya lho..” kata dia.
“Wah berarti Koko
terkena pelecehan seksual tuh.” Komentar saya.
“Iya. Saya juga baru
menyadari. Mungkin gara-gara begitu, pelan-pelan saya jadi ikutan ya?” katanya.
“Mungkin juga. Nah
setelah menyadari saya malas cuci baju setiap hari. Akhirnya saya balik, pakai
handuk aja. CD nya disimpan agar tidak basah.” Terusnya lagi.
“Nah gara-gara
malas, jadi keterusan ya?” komentar saya.
“Begitulah. Awalnya
karena lama di ruang sauna dan steam, handuk jadi basah juga. Masa setelah
mandi, pakai handuk basah? Rasanya bagaimana gitu. Jadi saya mulai pikir
bagaimana supaya bisa atasi hal ini.” Katanya.
“Minta aja 2
handuk.” Usul saya.
“Iya. Dulu kan tidak
boleh.. Jadi saya terpaksa saya pakai strategi. Supaya tidak basah, saya buka
saja handuknya. Saya lipat yang rapi masukin ke kantong plastic yang saya bawa.
Nah dari situ saya mulai coba-coba peruntungan. Moga-moga tidak ada yang masuk
waktu lagi buka handuk.”
“Oh gitu…”
“Lama-lama kebiasaan
ngegampangin masalah. Saya anggap orang ga bakalan masuk dan pergoki saya
bugil. Tapi berkali-kali asumsi saya salah. Ternyata cukup banyak yang masuk… “
“Iya , logikanya
pasti ada orang lain lah. Memangnya di rumah sendiri.” Saya menimpali.
“Awalnya saya masih
coba sembunyikan. Tapi lama-lama malas juga. Ha..ha… namanya juga orang
cenderung malas ya…” katanya.
“Maksudnya
bagaimana?”
“Masa sih, hanya
gara-gara malas, jadi begitu ya?” saya belum mengerti.
“Kenyataan begitu.
Kamu sih enak. Di rumah ada pembantu. Saya tuh malas cari pembantu. Lagian
pembantu ga betah, kalau di rumah sepi. Biar digaji besar, tapi kalau tidak ada
teman ngobrol akhirnya pembantu pada ngerumpi ke tetangga. Itu yang saya tidak
suka.” Katanya.
“Maksudnya
sembunyiin apa? Tanya saya
“Iya, ditutupi lah.
Tanya-tanya lagi. Kalo ada yang masuk ruang waktu saya lagi tidak pakai handuk,
ya saya tutupi saja dengan plastic atau handuk.” Katanya.
“oh…. Ok..ok..”
“Tapi ga sepenuhnya
begitu juga.” Lanjutnya.
“Memang ada apa
lagi?”
“Lha walau saya
tutupi pakai handuk, tetap saja orang banyak yang iseng.” Katanya.
“Iseng bagaimana?”
“Lah waktu saya
sedang berbaring begitu, ada aja yang megang-megang barang kita.”
Wah saya tidak
komentar d. Kan memang saya sendiri sudah mengalami.
“Lama-lama jadi
biasa juga, dipegang-pegang. Uda nasib kali ya?” katanya.”Pernah , waktu saya
sedang berbaring, ada yang megang-menga barang saya. Terus karena saya diamin,
dia makin berani”
“Siapa suruh
didiamin. Disentil dong tangannya.” Kata saya.
“Emang juga sih.
Maklum ngarepjuga.com” katanya menyeringai.”Barang saya diraihnya. Handuk saya
disingkirkan, terus dikocok-kocok. Bukan itu saja, dia isap juga. Waktu itu
saya takut. Karena itu kan di ruang sauna, orang bisa lihat. Jadi saya keluar
saja dan pindah ke ruang steam. Tidak tahunya dia ikut juga ke situ. Terus dia
samber lagi barang saya. Diisap lagi. Karena enak, akhirnya saya diamin saja.
Bayangin, sampai saya bilang mau keluar. Terus dia isap juga.”
“Buset ya..”
“Begitulah… Akhirnya
saya sampai keluar.” Katanya.
“Oh gitu… hmmh..
rumit juga. Jadi gara-gara ada yang gituin Koko, sekarang Koko ikutan ya?”
“Tahu juga deh. Yang
pasti saya jadi ga bisa nahan. Lama-lama seperti nya juga mau melakukan hal
yang sama. Ah.. udah ah… nanti lagi ngomongnya. Rasanya seperti buat perut
melilit.”
“Iya..ya…”
Begitulah asal-usul
penggemar bugil-bugilan. Hanya gara-gara hal yang sepele yaitu gara-gara malas,
akhirnya jadi melebar ke hal-hal lain.
Setiap orang punya
cerita masing-masing.
Ada yang terpengaruh
karena melihat orang lain juga melakukannya.
Ada yang ingin tahu
seperti apa rasanya bugil-bugilan.
Ada yang bahkan
sudah tidak malu lagi untuk difoto-foto.
Bahkan foto barang
rahasia sudah umum di internet.
Dengan lingkungan
seperti sekarang ini, pornografi semakin merajalela, siapa bisa selamat?
Pasti pengaruhnya
ada.
Orang yang depannya
normal-normal aja, gara-gara peluang sedikit, dimanfaatkan pelaku dan akhirnya
karena asik jadi ikutan. Itu memang
salah satu modus.
Setelah itu siapa
bisa menolak tawaran kenikmatan?
Ada juga sih. Tapi
jarang.
Hanya
orang-orang yang kuat imannya saja yang bisa keluar jadi pemenang.
Namun
untuk jadi pemenang tentu perlu latihan.
Perlu
pengorbanan.
Aih….
Dunia ini….
Seberapa
banyak cowo straight yang sudah dikerjai di ruang steam dan sauna?
Seberapa
banyak sudah remaja dan pemuda yang berkenalan pertama kali dengan dunia gay di
sana?
Seberapa
banyak mereka yang mencicipi kenikmatan dunia gay saat melepaskan penat di
ruang steam dan sauna?
Seberapa
banyak sudah pria yang ikutan menjadi bi / gay gara-gara tidak bisa membentengi
diri dengan iman?
Seberapa
banyak …. Seberapa banyak?
Tidak
ada datanya…
Namun
tidak dapat disangkal…
Para
penikmat gymn dan steam-sauna sebagian adalah para gay.
Seberapa
banyak mereka ke tempat fitness untuk mencari pasangan atau pun korban.
Beberapa
dari mereka memang sengaja mencari kepuasan di sana
Jadi
masih berani mencoba?
Bila
ingin selamat, jangan pernah mencoba!
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar