“Ko, maaf boleh
tanya yang vulgar tidak?” tanya saya.
“Ha? Vulgar gimana?
Memang kan dari dulu yang kamu tanya sudah vulgar?” jawabnya.
“Enak aja. Kapan
lagi saya tanya yang vulgar? Wue..” balas saya.
“Engga ngaku lagi.
Coba aja kamu ingat-ingat. Apa aja yang kamu pernah tanya?” balasnya
“Paling kan saya
tanya tentang bugil-bugilannya si koko…”
“Nah itu kan
vulgar.”
“Ha? Masa begitu aja
vulgar?”
“Ya iyalah. Itu kan
rahasia saya pribadi.”
“Waduh, kalau
rahasia tidak boleh diceritain ke orang lain dong?”
“Sebenarnya begitu.
Tapi saya sih tidak masalah, kamu cerita atau mau tulis apa pun , sepanjang
kamu jangan tulis yang tidak benar saja.” Jawabnya enteng.
“Oh iya… sekalian
kalau ada yang mau kenalan… diterima lho…. He…he…he..” katanya promosi.
“Lho kok jadi
promosi nih?”
“Iya dong. Untuk
memperluas teman aja… Awas tuh jangan ngeres.” Dia mengolok-ngolok.
“Oh.. gitu.. Ya
udah, nanti siapa tahu ada yang tertarik.” Kata saya.
“Ya moga-moga lah
dapat ya.” Katanya.
“Sip… Jadi boleh
tanya lagi tidak?” tanya saya menguber.
“Ya udah… mau tanya
apa sih? Kayak penting aja pertanyaannya.” Jawab nya balas bertanya.
“Koko itu gay bukan
sih?” tanya saya blak-blakan.
“Hah? Enak aja!!
Kenapa kamu bilang saya gay?” sepertinya si koko tersinggung.
“Lho kan koko suka
bugil.”
“Memangnya orang
yang suka bugil itu gay? Coba aja kamu lihat, itu banyak orang normal yang suka
bugil juga. Contohnya : kan banyak orang straight yang main film porno juga.
Bagaimana sih kamu?”
“Eh…. Iya juga sih
Ko. Tapi kenapa Koko membiarkan para cowo melihat barang Koko, terus Koko kan
juga suka lihat barang cowo lain?”
“Lah.. kan semua
cowo juga suka membanding-bandingkan punya sendiri dengan orang lain. Apalagi
kalau punya sendiri sudah gede, pengen tahu ada yang lebih gede ga?
He..he..he..” jawabnya berlogika.
“Iya kan bisa
dilihat di internet.”
“Beda lah kalau lihat
langsung.”
“Terus kenapa Koko
pernah pegang-pegang cowo lain punya?” tanya saya lagi.
“Memang kamu pernah
lihat saya pegang orang lain punya? Sembarang ya kamu!” katanya sedikit ketus.
“Bukannya pernah ya
Ko?”
“Pernah sih…
he..he..he… Habis kamu tanyanya gitu. Kan malu saya..”
“Sory… sory…. Jadi
boleh lanjutin nanyanya tidak?” pancing saya.
“Ya udahlah…
tanya-tanya aja… kamu tuh kalau belum dijawab, gak bakalan puas.” Komentarnya
seperti tahu isi benak saya.
“Nah orang-orang
yang suka pegang punya cowo lain bukannya gay?”
“Ada benarnya juga
sih. Lah saya kan pegang cowo lain punya karena mereka minta dikocokin. Bukan
maunya saya sendiri. Saya sih takut kalau pegang-pegang terus ga diijinin
pemiliknya.” Si engko mulai mereda suaranya.
“Jadi kenapa Koko mau
kocokin orang lain punya?” uber saya.
“Kan menolong orang
lain tidak salah. Daripada dia terus horni, ga dipuasin.”
“Jadi kalau ada yang
mau minta dikocokin, Koko terima?”
“Enak aja. Memang
saya Tukang Kocok ?”
“Lah tadi bilangnya
mau bantu.”
“Iya tidak semua
lah. Saya kan ngeri kalau lihat orang-orang sembarangan. Saya juga lihat-lihat
orangnya.”
“Oh gitu..”
“Kalau kamu yang
minta saya kocokin saya mau lho…” katanya sambil mengedip-ngedipkan mata.
“He?... dasar si
Koko..”
“Mau ngak saya
kocokin?” tanyanya, “Saya ahli lho”
“Boleh …. Eh…. Malu
ah..”
“Sudah jangan
malu-malu.” Sambil tangannya sudah menyerbu handuk yang saya pakai.
“Eit…. Sabar Ko.
Buset malu lagi.”
“Kamu sudah kayak
perawan saja.”
“Lha… memang masih
perawan lagi Ko.”
“Udah sini.. Servis memuaskan.”
Katanya.
Saya jadi ragu-ragu.
Dia pun segera
memanfaatkan momen untuk kembali meraba handuk yang saya pakai.
Karena kehilangan
waktu beberapa detik, dia sudah berhasil meraih dan membuka handuk saya.
Wow…. Saya
cepat-cepat sadar….
Berusaha meraih lagi
handuk yang sudah berada di tangannya sebagian.
“Uda… kenapa sih
malu-malu..” tangannya sudah tidak sungkan lagi.
Diraihnya bagian
rahasia saya.
Saya berusaha
menutupinya.
Namun dia sepertinya
sudah pengalaman.
Kalah cepat saya.
Wah….. gila-gila….
Apa yang sudah
digenggamnya tidak mau dilepaskan lagi.
Sudah terlalu lama
dia menunggu kesempatan ini.
“Ko….ko… jangan
Ko..” kata saya.
“uda tenang aja.
Kenapa sih..”
“Udah Ko….udah Ko… “
iba saya.
“Siapa suruh kamu
banyak tanya-tanya. Sekarang gantian kamu yang bugil dong.”
“Ko… jangan… jangan
Ko…”
Dia pun semakin
mendekatkan diri dengan badan saya.
Setelah tangan yang
satu berhasil meraih yang diinginkan,
Sekarang tangan yang
lain juga mulai beraksi.
Tiba-tiba ada suara
langkah sepatu menuju ke ruang uap.
Kami pun terkesiap.
Cepat-cepat dia
lepaskan saya.
Saya pun cepat
meraih handuk dan memakainya kembali.
Rupanya satpam
datang mengontrol temperatur.
Saya gunakan
kesempatan ini melangkah ke luar..
Wuih….. gila-gila…
Kalau tidak ada
satpam…. Hilang lah keperjakaan saya…
Eh bukan… masa
di-coliin orang jadi hilang keperjakaan?
Bodo amat deh…
Yang penting selamat
dulu
Urusan lain
belakangan…
Tinggallah si engko
yang terbengong dengan rasa kesal…
Maaf ya Ko. Belum
siap.
Siapa suruh bermain
api?
Siapa main api akan
terbakar.
Siapa main air akan
basah.
Siapa yang tidak
main apa-apa, ya tidak kena apa-apa…
Juga tidak dapat
apa-apa…
Nah lho?
Manusia memang ingin
tahu
Siapa suruh begitu.
Kalau sampai
kejadian siapa suruh menyesal?
Roger Danuarta di
bui gara-gara pakai narkoba
Sekali coba, tidak
bisa lagi terlepas.
Padahal dia orang
baik-baik.
Dia mengaku salah
pergaulan.
Pergaulan yang buruk
menimbulkan kerusakan.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar