Rabu, 29 April 2015

Diskusi dengan Gay : Kenalan.... Kenalan (6)


“Ko, maaf boleh tanya yang vulgar tidak?” tanya saya.
“Ha? Vulgar gimana? Memang kan dari dulu yang kamu tanya sudah vulgar?” jawabnya.
“Enak aja. Kapan lagi saya tanya yang vulgar? Wue..” balas saya.
“Engga ngaku lagi. Coba aja kamu ingat-ingat. Apa aja yang kamu pernah tanya?” balasnya
“Paling kan saya tanya tentang bugil-bugilannya si koko…”
“Nah itu kan vulgar.”
“Ha? Masa begitu aja vulgar?”
“Ya iyalah. Itu kan rahasia saya pribadi.”
“Waduh, kalau rahasia tidak boleh diceritain ke orang lain dong?”
“Sebenarnya begitu. Tapi saya sih tidak masalah, kamu cerita atau mau tulis apa pun , sepanjang kamu jangan tulis yang tidak benar saja.” Jawabnya enteng.
“Oh iya… sekalian kalau ada yang mau kenalan… diterima lho…. He…he…he..” katanya promosi.
“Lho kok jadi promosi nih?”
“Iya dong. Untuk memperluas teman aja… Awas tuh jangan ngeres.” Dia mengolok-ngolok.
“Oh.. gitu.. Ya udah, nanti siapa tahu ada yang tertarik.” Kata saya.
“Ya moga-moga lah dapat ya.” Katanya.
“Sip… Jadi boleh tanya lagi tidak?” tanya saya menguber.
“Ya udah… mau tanya apa sih? Kayak penting aja pertanyaannya.” Jawab nya balas bertanya.

“Koko itu gay bukan sih?” tanya saya blak-blakan.
“Hah? Enak aja!! Kenapa kamu bilang saya gay?” sepertinya si koko tersinggung.
“Lho kan koko suka bugil.”
“Memangnya orang yang suka bugil itu gay? Coba aja kamu lihat, itu banyak orang normal yang suka bugil juga. Contohnya : kan banyak orang straight yang main film porno juga. Bagaimana sih kamu?”
“Eh…. Iya juga sih Ko. Tapi kenapa Koko membiarkan para cowo melihat barang Koko, terus Koko kan juga suka lihat barang cowo lain?”
“Lah.. kan semua cowo juga suka membanding-bandingkan punya sendiri dengan orang lain. Apalagi kalau punya sendiri sudah gede, pengen tahu ada yang lebih gede ga? He..he..he..” jawabnya berlogika.
“Iya kan bisa dilihat di internet.”
“Beda lah kalau lihat langsung.”
“Terus kenapa Koko pernah pegang-pegang cowo lain punya?” tanya saya lagi.
“Memang kamu pernah lihat saya pegang orang lain punya? Sembarang ya kamu!” katanya sedikit ketus.
“Bukannya pernah ya Ko?”
“Pernah sih… he..he..he… Habis kamu tanyanya gitu. Kan malu saya..”
“Sory… sory…. Jadi boleh lanjutin nanyanya tidak?” pancing saya.
“Ya udahlah… tanya-tanya aja… kamu tuh kalau belum dijawab, gak bakalan puas.” Komentarnya seperti tahu isi benak saya.
“Nah orang-orang yang suka pegang punya cowo lain bukannya gay?”
“Ada benarnya juga sih. Lah saya kan pegang cowo lain punya karena mereka minta dikocokin. Bukan maunya saya sendiri. Saya sih takut kalau pegang-pegang terus ga diijinin pemiliknya.” Si engko mulai mereda suaranya.
“Jadi kenapa Koko mau kocokin orang lain punya?” uber saya.
“Kan menolong orang lain tidak salah. Daripada dia terus horni, ga dipuasin.”
“Jadi kalau ada yang mau minta dikocokin, Koko terima?”
“Enak aja. Memang saya Tukang Kocok ?”
“Lah tadi bilangnya mau bantu.”
“Iya tidak semua lah. Saya kan ngeri kalau lihat orang-orang sembarangan. Saya juga lihat-lihat orangnya.”
“Oh gitu..”
“Kalau kamu yang minta saya kocokin saya mau lho…” katanya sambil mengedip-ngedipkan mata.
“He?... dasar si Koko..”
“Mau ngak saya kocokin?” tanyanya, “Saya ahli lho”
“Boleh …. Eh…. Malu ah..”
“Sudah jangan malu-malu.” Sambil tangannya sudah menyerbu handuk yang saya pakai.
“Eit…. Sabar Ko. Buset malu lagi.”
“Kamu sudah kayak perawan saja.”
“Lha… memang masih perawan lagi Ko.”
“Udah sini.. Servis memuaskan.” Katanya.
Saya jadi ragu-ragu.
Dia pun segera memanfaatkan momen untuk kembali meraba handuk yang saya pakai.
Karena kehilangan waktu beberapa detik, dia sudah berhasil meraih dan membuka handuk saya.
Wow…. Saya cepat-cepat sadar….
Berusaha meraih lagi handuk yang sudah berada di tangannya sebagian.
“Uda… kenapa sih malu-malu..” tangannya sudah tidak sungkan lagi.
Diraihnya bagian rahasia saya.
Saya berusaha menutupinya.
Namun dia sepertinya sudah pengalaman.
Kalah cepat saya.
Wah….. gila-gila….
Apa yang sudah digenggamnya tidak mau dilepaskan lagi.
Sudah terlalu lama dia menunggu kesempatan ini.
“Ko….ko… jangan Ko..” kata saya.
“uda tenang aja. Kenapa sih..”
“Udah Ko….udah Ko… “ iba saya.
“Siapa suruh kamu banyak tanya-tanya. Sekarang gantian kamu yang bugil dong.”
“Ko… jangan… jangan Ko…”
Dia pun semakin mendekatkan diri dengan badan saya.
Setelah tangan yang satu berhasil meraih yang diinginkan,
Sekarang tangan yang lain juga mulai beraksi.
Tiba-tiba ada suara langkah sepatu menuju ke ruang uap.
Kami pun terkesiap.
Cepat-cepat dia lepaskan saya.
Saya pun cepat meraih handuk dan memakainya kembali.
Rupanya satpam datang mengontrol temperatur.
Saya gunakan kesempatan ini melangkah ke luar..
Wuih….. gila-gila…
Kalau tidak ada satpam…. Hilang lah keperjakaan saya…
Eh bukan… masa di-coliin orang jadi hilang keperjakaan?
Bodo amat deh…
Yang penting selamat dulu
Urusan lain belakangan…
Tinggallah si engko yang terbengong dengan rasa kesal…
Maaf ya Ko. Belum siap.

Siapa suruh bermain api?
Siapa main api akan terbakar.
Siapa main air akan basah.
Siapa yang tidak main apa-apa, ya tidak kena apa-apa…
Juga tidak dapat apa-apa…
Nah lho?
Manusia memang ingin tahu
Siapa suruh begitu.
Kalau sampai kejadian siapa suruh menyesal?
Roger Danuarta di bui gara-gara pakai narkoba
Sekali coba, tidak bisa lagi terlepas.
Padahal dia orang baik-baik.
Dia mengaku salah pergaulan.
Pergaulan yang buruk menimbulkan kerusakan.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar