Suatu kali saat
bertemu dengan U saya sempat bertanya,
“Ko. Engko kan suka
bugil. Apa ga takut orang lain yang lihat jadi horni?”
“Ah biarin aja. Mau
horni atau tidak. Yang penting, saya kan tidak memperkosa atau mengajak mereka
ML. Itu sih pantang buat saya. Saya tidak akan mengganggu yang lain. Jadi saya
harap mereka juga tidak mengganggu saya.”
“Kenyataannya , ada
yang jadi horni ga?”pancing saya
“Ha..ha… ada
sih… Malah kejadiannya unik lagi. Pernah
saya lagi di ruang steam. Lagi baring-baring gitu. Tiba-tiba masuk engko-engko.
Ganteng sih. Waktu masuk, dia sebenarnya sudah buka-buka handuknya. Sebentar
buka sebentar tutup gitu. Saya biarkan saja. Dia senyum, saya senyum juga.
Tidak tahunya, dia mulai dekat-dekat dengan saya. Maksudnya dia mau ikutan
menikmati uang dari sumber keluarnya. Saya sih cuek saja. Rupanya dia dapat
angin kali. Terus dia duduk di samping kaki saya. Dia pegang-pegang punya saya.
Padahal waktu itu saya tidak bugil lho. Saya biarin aja. Saya sih masih posisi
tiduran, jadi tidak lihat dia seperti apa posisi duduknya. Tidak tahunya, kaki
saya berasa aneh. Itu jari-jari kaki saya seperti menyentuh sesuatu. Karena
penasaran, jari-jari kaki saya mencengkeram barang itu. Barangnya alot begitu.
Lama-lama saya bisa menduga. Pasti sosis si engko. Rupanya dia minta dikocokin
pake jari-jari kaki saya. Busyet dah. Kok ada orang seperti ini ya. Tapi saya
tidak keberatan. Maka jari-jarai kaki saya mulai bermain. Bergerak dengan irama
cukup cepat. Rupanya dia kesenangan. Tapi karena pegal saya hentikan juga.”
“Terus bagaimana?”
“Dia rupanya
ketagihan. Minta dikocokin pakai kaki. Wah belum pernah saya ngocokin orang
pakai kaki. Pengalaman baru buat saya. Jadi saya jepit sosisnya pakai telapak
kaki. Terus saya kocok-kocok. Maju-mundur. Wah pegel banget. Akhirnya saya
lepaskan, dan saya gesek aja pakai salah satu ujung kaki. Sampai akhirnya dia
keluar.”
“Aneh-aneh saja ya…
ada orang seperti itu.” Komentar saya.
“begitulah. Memang
unik juga pengalaman di tempat fitness”.
“Mungkin dia maunya
dicoliin pakai tangan, tapi karena koko tidak mau, ya seadanya aja…” lanjut
saya.
“Mungkin juga. Tapi
yang unik, ada lagi.” Tambahnya.
“Apaan tuh?” seperti
biasa, saya mulai tertarik.
“Waktu itu saya
sedang bugil di ruang steam. Maklum lagi sepi, tidak ada orang. Jadi buat dapat
sensasi, saya berlari-lari di ruang steam. Jadi sekaligus berolahraga.
Harapannya kalau tidak pake apa-apa , larinya bisa lebih lama. Maklum maun
turunin berat badan nih. Waktu sedang asyik lari-lari, tiba-tiba dengan cepat,
masuklah seorang pemuda. Saya secepat mungkin membalik badan dan menutupi badan
dengan handuk. Namun kalah cepat. Rupanya tuh orang sudah masuk, dan dengan
santai bilang,’sudah gapapa ko. Naked aja , saya juga biasa begitu’. Karena
dikasih angin, jadilah saya bergugil kembali sekalian berlari-lari lagi. Namun
rupanya orang itu punya maksud lain. Namanya To***, dia masih kuliah di
Trisakti jurusan arsitek. Mula-mula dia berdiri di depan saya sembari kasih
lihat barangnya. Sudah full ereksi. Dia minta dipegangin. Tapi karena tidak
diladeni, dia berjalan ke belakang saya. Dia berdiri persis di belakang saya.
Terus tiba-tiba ada benda mengganjel dengan paha saya. Saya cepat-cepat sadar.
Pasti itu sosisnya dia. Rupanya dia sudah horni, terus mau menyalurkannya. Dia
minta ijin ke saya agar saya merapatkan kaki saya. Rupanya dia mau
menggesek-gesekan sosisnya di antara paha saya. Sambil dia peluk saya dari
belakang. Terus dia beraksi dengan leluasa karena saya biarkan saja. Gila juga
nih anak. Tapi saya ingin tahu bagaimana permainan dia. Rupanya sambil memaju
mundurkan sosisnya di antara paha saya, dia terus ngomong dan makin lama dia
makin terangsang. Sampai akhirnya keluar pejuh nya dan mengalir di kaki saya.
Busyet dah. Untung dia tidak perkosa saya. Saya cepat-cepat kabur bersihkan
diri. Takut dia nyebarin HIV AIDS.”
“Memang tidak ada
orang lain di sana?” tanya saya.
“Ya tidak adalah.
Kalau ada mana dia berani!!
“Memangnya enak?”
tanya saya lagi.
“Apanya enak. Lah ga
berasa enaknya. Yang ada saya malah takut. Maklum biar dia masih mahasiswa tapi
pergaulan gay sekarang kan sudah kelewat batas. Jangan-jangan pejuh nya sudah
ada HIV… hi..hi…”
“Jadi ngapain kasih
kesempatan?”
“Iya, hanya ingin
tahu saja.”
“Ntar kalo kena
penyakit bagaimana?”
“Rasanya kecil
kemungkinan. Kan dia tidak tusuk saya. Hanya pakai paha saja.”
“Tapi kalau ada luka
di kaki, dan pejuh dia ada HIV kan bisa kena.”
“Nah itu dia yang
buat saya sedikit khawatir. Moga-moga tidak kejadian.”
Begitulah sebagian
obrolan kami.
Kita seringkali
ingin tahu sesuatu yang baru.
Yang buat kita
penasaran kalau belum mencoba.
Walau kita tidak
tahu konsekuensinya.
Karena mungkin saja
itu berbahaya.
Nanti setelah
benar-benar terkena penyakit,
Barulah menyesal
seumur hidup.
Tapi semua sudah
telat.
Si pemuda itu sangat
berani. Dia kan baru umur sekitar 20 tahun.
Pasti belum lama
terjun ke dunia sejenis.
Tapi dia sudah
berani main begituan.
Kalau dengan orang
yang baru kenal saja, sudah begitu.
Bagaimana dengan
teman-teman dan pacarnya.
Pasti semuanya sudah
dicoba.
Kalau masih muda
sudah terjerat hubungan seperti ini,
Memangnya bisa
terlepas?
SIapa yang menolak
ML gratis dan sangat mudah didapat?
Susah menemukan
orang seperti ini.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar