Kamis, 30 April 2015

Diskusi dengan gay : Kenalan… Oh… Kenalan… (10)


Drt…. Drt…..
Ponsel bergetar
Hm…. Siapa nih yang telpon, hati bertanya-tanya sambil menjemput ponsel.
Tertera nama U di layar.
“Halo..” sapaku
“Halo. Sedang apa nih?” tanya U
“Biasa. Lagi nafas. He…he…” setengah meledek saya membalas sapaannya.
“Oh kirain lupa tarik nafas.” U balas lagi.
“Ada kang-taw (bisnis, red) apa nih Ko?” tanya saya  lebih lanjut.
“Ada tuh…. Jadi penari go-go” jawabnya.
“Apaan tuh?” tanya saya tidak mengerti.
“Itu tuh…. Penari strip-tease. Tapi yang ini sih buat para cowo juga alias gay.” Jawabnya santai.
“Ggrrr…..Kurang asem si Koko.”
“He..he… bercanda lagi… Saya sih ga pernah punya urusan seperti ini.”
“Oh… kirain Koko jadi germo.”
“Boleh juga. Kalau kamu mau jadi gigolonya”
“Awas ya Koko…. Tega banget… Sedang apa Ko?” tanya saya mengalihkan perhatian.
“Sama lah denganmu…. Lagi nafas…” balasnya.
“Oh … masih ingat nafas ya…” saya balas juga.
“He…he…. Eh ngomong-ngomong saya sudah baca artikel-artikel yang kamu buat. Mm…. menarik ya.”
“Terima kasih Ko.” Senang atas pujiannya.
“Wah kamu tuh bakat jadi penulis cerita porno…” katanya lagi.
“Ha? Dasar ya Koko…. Awas ya kalo ketemu…. Ta sunat habis lho…” ancam saya.
“Coba aja. Entar malah kamu yang saya sunat….” Dia mengancam balik.
“Wuiz…. Nanti kita lihat siapa yang jadi korban…” tantang saya.
“memang berani?” tidak percaya“.
 “Ko, menurut Koko, gay bisa disembuhkan tidak?” saya mulai investigasi lagi.
“Kalau menurut kamu, perokok bisa berhenti merokok tidak?” dia malah balas bertanya.
“Bisa, tapi susah.” Jawab saya. “ Ada teman yang rutin merokok sebungkus tiap hari, lalu berhenti.  Tapi akhirnya balik lagi merokok gara-gara tidak tahan diledek temannya.”
“Terus kalau menurut kamu, pemakai narkoba bisa berhenti tidak?” tanyanya lagi.
“Lho… malah Koko tanya-tanya mulu.” Protes saya.
“Lah… kan menjawab itu banyak caranya. Sudah kamu jawab saja.” Tangkisnya.
“Bisa , tapi ini lebih sulit lagi. Karena racunnya sudah menyatu dengan darahnya dan tidak bisa hilang. Saya pernah ketemu dengan seorang pendeta yang mantan pemakai narkoba. Dengan jujur dia berkata, walau dia sudah tidak lagi pakai narkoba, tetapi saat tubuhnya minta narkoba, itu menjadi siksaan buat dia. Karena darahnya tidak bisa dibersihkan sepenuhnya dari narkoba itu. Begitu dahsyatnya narkoba katanya.” Jawab saya.
“Nah , kalau jadi gay itu lebih berat atau ringan di banding menghisap rokok dan narkoba?” tanya dia lagi.
“Ya lebih berat lah.” Jawab saya.
“Nah ada benarnya. Gay itu kan identitas awal. Kalau cowo jadi gay. Berarti itu pondasi dia. Biar bangunan nya roboh tapi pondasi gay, tetap saja ia jadi gay.” Jawabnya.
“Oh gitu. Jadi tidak bisa disembuhkan ya?” klarifikasi saya.
“Bukan begitu juga. Seperti perokok ia bisa coba berusaha untuk menghentikan kebiasaan merokok. Sedangkan seorang gay juga bisa berlatih untuk tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dipunya kaum gay seperti ciuman , ML dll. Tapi itu hanya luarnya saja. Bangunannya bukan gay tapi dasarnya masih gay. Dia juga bisa berusaha lebih keras seperti tukang narkoba. Ia kalau perlu cuci darah supaya darahnya baru. Hanya belum tentu berhasil dan biayanya mahal. Namun itu juga hanya bangunan luarnya saja. Dasarnya tetap gay. Kalau mau bebas dari gay, hanya ada 1 cara. Dasarnya harus diubah dulu. Nah yang bisa mengubah dasar itu hanya Allah saja. Karena teknologi manusia belum sampai ke sana. Hanya melalui mujijat saja, dasarnya bisa berubah. Itu pun hanya bisa terjadi dengan terus dekat dengan Allah. Orang yang sudah diubahkan Allah tapi masih tidak dekat dengan Allah, tetap saja bisa balik lagi. Sudah banyak contohnya.” Katanya tidak berhenti-henti bicaranya. Tumben.
“Oh gitu ya… sangat menarik.” Kata saya.
“Kamu lihat artis J****** yang bertobat dari kehidupan gay nya. Tetapi karena dasarnya gay dan tidak berada sepenuhnya dekat Allah, dia tergoda. Itu terjadi karena seperti narkoba, darahnya masih mengandung unsure gay. Masih ketagihan. Hanya Allah yang bisa mentralisir racun gay itu. Akhirnya dia jatuh – bangun dengan kehidupan gay dan pertobatannya.” Jelasnya
“Wuih… Koko tahu darimana tuh?” tanya saya.
“Tahulah…. Saya kan pernah tanya-tanya bf-nya. Mereka masih isap-isapan dan kocok-kocokan juga ML. Padahal dia sudah kasih kesaksian, dia dipulihkan dari kehidupan gay-nya.” Jawabnya.
“Memang siapa bf nya Ko?” tanya saya penasaran.
“Mau tau aja atau mau tau banget?” tanyanya bercanda.
“Ah si Koko. Malah bercanda.” Kata saya kesal.
“He..he.. itu sih rahasia perusahaan.” Jawabnya.
“Jadi Koko pernah saksikan gay yang benar-benar bertobat dan balik jadi normal lagi?” tanya saya.
“Tidak pernah.” Katanya.
“Jadi mungkin tidak gay jadi normal?” uber saya.
“Kamu nih o-on atau berlagak pilon sih?” dia berkelit.
“Waduh…. Orang nanya , malah ditanya balik..” saya merajuk.
“jawabannya simple. Tidak mungkin! Kecuali mujizat Allah terjadi.” Akhirnya keluar juga kesimpulannya.
“Jadi kalau sudah tidak mungkin diubah, apakah gay itu merupakan penyakit yang harus dijauhi atau biarin aja?” tanya saya.
“Kamu tanya beginian kok ke saya? Tanya dong ke pendeta atau ustad gitu. Kalau saya bicaranya kan tidak bisa dipegang. Saya juga berdasarkan logika dan pendapat orang lain saja. Udah ah… nanya-nanya gay mulu… Kapan kamu mau jadi gay nya?” U mulai iseng lagi.
“Wue… enak aja. Kan tidak bisa balik, ngapain lagi jadi gay?” jawab saya.
“Eh… tau ga. Kamu tuh sudah ada bibit gay nya lho?” dia mulai memasukkan racun pikiran lagi.
“Ha? Enak aja. Amit-amit tahu. Apa buktinya?” tanya saya.
“Itu… kamu saja ga pernah lepas-lepas ngomongin gay mulu. Berarti kamu sudah tertarik dengan kehidupan gay. Tidak ada orang normal yang tertarik dengan kehidupan gay tahu!” jawabnya.
“Ha? Masa sih. Kalau wartawan yang tanya-tanya tentang gay bagaimana?” argument saya.
“Oh , kalo itu kan beda.” Katanya.
“Lah, kan saya mau jadi wartawan..” kata saya.
“Iya… wartawan gadun alias boongan .” ledek dia.
“He..he…Udah ah.. Udah malam. Mau bobo.” Kata saya.
“Ya udah…. Ga mau tanya lagi ya?” pancing dia.
“Nanti aja ah.. Udah ngantuk..”
“Ya uda…bye…”
Klik..


Apakah gay adalah gay hidup semata, ataukah sudah menjadi jenis kelamin sendiri?
Di seluruh dunia rasanya belum ada yang mencantumkan di KTP , laki-laki straight atau gay?
Yang ada hanya laki-laki saja.
Memang gay masih dianggap sebagai orientasi seksual saja.
Belum dianggap sebagai hal yang signifikan (penting banget).
Malah gay masih dianggap sebagai penyakit di sebagian besar negara,
Walau sekarang semakin banyak Negara yang mengijinkan pernikahan sejenis.
Unik juga ya kalau di KTP ditulis menikah, tapi menikahnya dengan cowo juga…
Kapan dunia jadi Sodom Goromora ya?

Bersambung.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar