Kamis, 30 April 2015

Diskusi dengan gay : Kenalan… Oh… Kenalan… (7)

“Eh….halo…” sapa U sewaktu masuk ruang uap dan melihat saya sudah ada di sana.
“Hmmmh….”
“Eh kamu marah ya?” tanyanya.
“Mmm… marah kenapa?”
“Itu gara-gara saya pegang barang kamu.” U mengira-ngira.
“Aduh…. Uda jangan dibahas…” jawab saya malas.
“Sorry.. itu penyakit lama sedang kumat.” U menjelaskan.
“Maksudnya?”
“Dulu juga pernah begitu.” Katanya menjelaskan.
“Maksudnya pernah bugilin cowo dan pegang-pegang gitu?” tebak saya.
“Iya… Jadi malu nih ketahuan..”
“Bagaimana ceritanya?” saya mulai tertarik.
“Dulu saya pernah ketemu seorang pemuda Chinese di ruang steam juga. Orangnya lumayan. Hanya lebih ganteng kamu sih” katanya senyum-senyum.
“Dasar. Pasti ada maunya koko muji-muji” tembak saya.
“He..he… Waktu itu kita duduk bersampingan. Di ruang steam ada beberapa orang. Tapi pelan-pelan pada keluar semua. Tinggal kita berdua.” Jelasnya tanpa diminta.
“Kalau dilihat handuknya, sudah terlipat dan tidak menutup semua badan bawahnya.” Katanya melanjutkan.
“Maksudnya?” tanya saya.
“Dia melihat handuknya jadi berbentuk persegi empat. Lalu dia duduk dan hanya meletakkan handuk yang dilihat di bagian bawahnya. Jadi bagian bawahnya tidak ditutup handuk dengan benar.” Jelasnya.
“Oh…. Mungkin supaya tidak basah kena uap.” Saya menduga.
“Iya… tapi kan bikin horni tuh..” katanya.
“Terus ngapain?” tanya saya lagi.
“Saya coba pelan-pelan menempelkan tangan ke pahanya. Eh.. dia tidak menolak. Lama-lama saya tambah berani. Begitu ada kesempatan, langsung tangan saya meraba barangnya.”
“Busyet…. Jadi main sergap saja ya?” komentar saya.
“He…he… iya.. Siapa suruh dia mengundang begitu. Orang dia juga tidak menolak kok. Jadi pelan-pelan saya kocok barangnya. Barangnya jadi tambah gede. Ukurannya sih kalah sama punyamu.”
“Oh ya? Tahu darimana ukurannya lebih kecil?” saya mengklarifikasi.
“Lah kan saya pernah pegang punyamu..”
“Hmh….” Saya malas membantah.
“dia keenakan tuh… tapi karena ada orang masuk, dia keluar ruang steam. Saya pikir dia sudah tidak minat. Tidak tahunya dia balik lagi. Sampai akhirnya orang itu keluar, saya lanjutin aksi. Saya kocok lagi, sampai akhirnya dia muncrat tuh..”
“Dasar…”
“Saya sempat ngobrol juga dengannya. Namanya B****** S. Dia kerja sebagai asisten manager perusahaan asuransi dan berkantor di Thamrin. Saya juga dapat FB nya. Jadi saya tahu, dia kemudian merit. Tapi tidak tahu juga beneran merit atau tidak. Habis itu saya pernah ketemu lagi. Dan saya waktu ketemu lagi, saya kocokin lagi ….. “ sambungnya.
“Busyet… sudah merit masih mau dikocokin?” tanya saya.
“Sebenarnya dia sih awalnya menolak. Namun setelah diraba-raba, mau juga. Ha..ha..”
“Wah mungkin dia jadi bisex ya?”
“Mungkin juga.”
“Setelah itu saya juga pernah ketemu lagi. Dia malah pernah bugil. Tapi waktu melihat saya, dia cepat-cepat tutup handuknya. Takut ketahuan kali ya?”
“Bukan.. Dia takut diperkosa koko …”
“Enak aja!”
“Terakhir saya ketemu dan bertanya. Apa dia sudah merit. Katanya belum. Wah saya tidak berani tanya-tanya lagi. Takut dia sudah cerai. Sekarang dia masih kerja di perusahaan asuransi itu. Tapi kantornya sudah pindah di Karawaci. Jadi dia juga tinggal di Karawaci juga.”
“Oh gitu… Wah apa gara-gara dikocokin koko, dia jadi suka cowo ya?”
“Nah itu dia. Saya takut dia begitu. Kalau saya amati, dia sekarang memang suka cowo lah. Kadang saya takut. Apa gara-gara saya, dia jadi gay ya?”
“nah …. Nyesal kan?” komentar saya.
“Iya juga. Saya takut begitu. Hanya kalau dipikir-pikir, dari depan dia kan sudah begitu. Lah duduknya saja masa seperti itu. Nutupi bagian bawahnya dengan posisi menantang.” Dia berusaha mencari pembenaran.
“ya…. Cari alasan tuh…” sahut saya.
“ah… sudahlah… memang saya  ada rasa menyesal. Moga-moga bukan karena saya, dia jadi gay ya.” Katanya, “tapi kalau sampai gara-gara saya, saya mau minta maaf. Saya sekarang sudah jarang ketemu. Moga-moga kamu tulis artikel di FB ya dan moga-moga dia baca. Kalau dia baca, moga-moga pesan saya sampai. Maafin saya ya… kalau gara-gara saya, pernikahan mu berantakan dan kamu jadi gay.” Dia tampaknya meminta bantuan.
“Iya koko. Moga-moga B****** baca artikel ini. Tapi kan tidak ada di pertemanan FB, bagaimana bacanya?” tanya saya.
“TIdak tahu juga. Siapa tahu dia punya FB yang gay juga.” Katanya berharap.
“Ya sudah. Moga-moga dia baca d.” kata saya.
“Untung kemarin tidak kejadian dengan kamu ya.. Kalau sampai kejadian, terus kamu jadi gay, wah bisa tambah menyesal juga.” Katanya.
“Yang benar tuh. Jangan-jangan masih berharap” goda saya.
“Memang iya sih. Dalam hati masih berharap… ha..ha..” dia malah senyum-senyum.
“Nah tuh… awas ya, jadi korslet. Ngomong beginian jadi kebawa lagi..” saya coba ingatkan.
“Iya…iya…. Kamu bantu saya ya. Kalau saya sedang korslet, kamu ingatin saya.” Dia memohon bantuan.
“Iya kalau bisa. Tapi kalau saya ikut kebawa arus, bagaimana?” saya kembali mengingatkan.
“Iya uda… nasib namanya” santai saja jawabnya.
“Mmmm….. pusing d.”

Begitulah kisah U yang kelakuannya mungkin membuat seorang pemuda jadi suka dikocokin.
Tidak jelas apa B****** jadi bi atau gay , gara-gara dia bukan.
Walau kalau mendengar penjelasannya , sepertinya tidak sepenuhnya salah U.
Karena B****** kan sudah dari depan sepertinya ingin coba-coba.
Mungki B sudah punya bibit jadi gay. Tapi karena U orangnya nekat, jadilah akhirnya B jadi korbannya.
Kalau sampai B merit dan akhirnya cerai, wah gawat. Buat keluarga orang berantakan saja.
Tapi kalau dipelajari, belum tentu juga B merit. Karena tidak jelas apakah benar B merit.
Kalau kemudian merit, belum tentu juga gara-gara U.
Ah pusing lah…
Mending berdoa buat B. Moga-moga dia dapat jodoh yang sesuai dengannya.
Agar jangan jadi gay.
Karena kalau benar-benar jadi gay, hidupnya bakalan sengsara.
Nikmat tapi sengsara akhirnya.
Kasihan juga ya kalau benar.


Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar