Minggu, 07 Juni 2015

Benarkah Kau Menyukaiku?


Bandara Soekarno Hatta dipenuhi oleh para penumpang yang mendarat dari berbagai rute penerbangan. Ben, seorang pemuda tampan, baru saja keluar dari tempat pemeriksaan bagasi dan melangkah menuju tempat penjemputan. Mata Ben melihat ke sekeliling tempat penjemputan bandara Soekarno Hatta dengan cermat. Sudah berkali-kali ia memeriksa dengan teliti orang-orang yang ada di sekelilingnya. Ia memang menantikan jemputan dari kenalannya di Facebook yang telah menjadi temannya begitu lama, namun ia belum melihat tanda-tanda keberadaan orang itu. Ia menjadi gelisah. Ini seharusnya menjadi pertemuan pertama dengan Josua temannya itu. Ia tidak pernah tahu seperti apa wajah dan perawakan Josua. Selama ini ia hanya bertegur sapa dengannya tanpa mempedulikan seperti apa Josua sebenarnya. Pikirannya sejenak menerawang masa lalu.

--kilas balik—

PING… terlihat di akun Facebook nya ada tanda merah di menu pertemanannya, tanda bahwa ada seseorang yang mengundangnya menjadi teman.
Ben pun segera membuka profile orang tersebut. Namanya Josua tanpa embel-embel yang lain. Sangat sederhana dan mudah diingat. Namun terlalu sedikit informasi yang diperoleh dari akun Joshua.
Sebenarnya Ben sangat malas berteman dengan orang yang tidak jelas seperti Josua ini. Fotonya saja tidak ada. Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya. Namun karena mood Ben sedang kacau karena baru saja putus dengan kekasih prianya, ia menyetujui juga pertemanan yang diajukan Josua.
Tiba-tiba muncul jendela chat di Facebook-nya.
[Josua] makasih bro.
[Ben] sama-sama. (Ben terbiasa bersikap ramah terhadap siapa pun sehingga walau sedang tidak mood, ia tetap membalasnya).
[Josua] stay di mana?
[Ben] Surabaya. Kamu?
[Josua] Jakarta. Wah jauh ya. Moga-moga kita bisa berteman baik ya.
[Ben] Yoi.
[Josua] Kalau boleh tahu, kamu umur berapa?
[Ben] 26 tahun (wah sopan amat, minta ijin dulu gumamnya dalam hati sambil mengetik jawabannya). Kamu?
[Josua] setahun di bawahmu. Kamu sedang apa nih?
[Ben] sedang galau (Ben memasukkan ikon muka merengut di samping tulisannya)
[Josua] Kenapa begitu bro?
[Ben] Alasan klasik. BF selingkuh. (Ben menjawab blak-blakan karena memang ingin memaki kekasihnya yang mengkhianatinya. Namun karena tidak ada tempat curhat maka ia pun mencurahkan ke teman barunya)
[Josua] Waduh… satu lagi korban cowo tidak setia.
[Ben] Kamu sendiri bagaimana? Sudah punya BF?
[Josua] Masih jomblo nih.
[Ben] Mengapa begitu?
[Josua] Nah itu dia. Saya takut pacaran dengan cowo yang tidak setia. Makanya saya berhati-hati memilihnya. Sampai saat ini, saya belum bertemu dengan kriteria yang saya inginkan.
[Ben] Mmm…. Kamu Chinese ya?
[Josua] Tahu dari mana?
[Ben] Hanya menduga saja.
[Josua] Kamu jago menebak. Kamu sendiri?
[Ben] Saya campuran. Ada Chinese dan Jawa.
[Josua] Kamu tidak mencari lagi BF?
[Ben] Mau. Tapi nantilah. Hati saya masih sakit. Saya belum bisa menerima alasan dia selingkuh.
[Josua] Memang apa alasannya?
[Ben] Katanya saya tidak mau diajak hubungan intim.
[Josua] Oh ya? Memang benar?
[Ben] Benar. Saya hanya mau menyerahkan keperjakaan saya setelah saya menikah atau setidaknya hubungan kami telah memasuki tahap yang matang. Biar bagaimana pun cinta bukanlah nafsu.
[Josua] Pantas saja BF mu kabur!
[Ben] Begitulah kenyataannya. Memang pahit. Hanya pentingin sex saja.
[Josua] Jadi selama ini kamu tidak pernah ciuman dan raba-rabaan?
[Ben] Wah itu pribadi. Saya malas menjawabnya.
[Josua] Memang kriteria untuk jadi BF kamu apa sih?
[Ben] Yang penting setia, baik hati dan tidak ngondek. Saya tidak suka cowo yang klemar-klemer dengan gaya melambai.
[Josua] Ha…ha… Tanpa mengurangi hormat kepada golongan mereka, saya juga tidak suka dengan cowo begitu.
[Ben] Kamu sendiri bagaimana?
[Josua] Kurang lebih sama. Saya juga tidak mementingkan sex. BF mu itu yang pertama?
[Ben] Betul. Bukan BF lagi, tapi mantan. Kita sudah jalan hampir 5 tahun sejak saya lulus kuliah.
[Josua] Oh teman kuliah  ya?
[Ben] Yoi.
[Josua] Kamu pasti cepat dapat gantinya. Kamu kan ganteng habis.
[Ben] Ha…ha… Bisa saja. Memang banyak yang minta jadi BF tapi saya malas. Belum apa-apa sudah minta foto saya bugil atau minta ML segala.
[Josua] Memang begitu. Kebanyakan kenalan di FB kan ujung-ujungnya ke situ.
[Ben] Foto kamu mana?
[Josua] Malas pasangnya. Dulu saya pernah punya akun FB lainnya dan di sana saya pasang foto-foto saya. Tapi kemudian banyak yang menyalahgunakan dan mengambilnya tanpa ijin. Jadi saya tutup akun FB itu dan saya buka akun FB yang baru , namun malas memasang foto lagi.
[Ben] Kirim dong ke saya lewat inbox
[Josua] Ok. Nanti suatu kali kita akan bertemu langsung saja ya.
[Ben] Jiah… Sekarang aja lagi.
[Josua] Maaf ya. Saya hanya minta waktu agar kita dapat berkenalan tanpa ngobrol aja. Suatu kali kalau kita cocok, kita akan langsung kopi darat. Bagaimana?
[Ben] Terserah kamu lah. Sebenarnya saya malas berteman dengan orang yang saya tidak kenal wajahnya.
[Josua] Maaf sekali lagi. Nanti kita bisa langsung bertemu kan?
[Ben] Tapi  itu masih lama. Kamu pakai rahasia-rahasiaan segala. Buat bĂȘte aja.
[Josua] Wah jangan marah dong. Memang kalau saya jelek, kamu tidak mau berteman dengan saya?
[Ben] Bukan begitu.
[Josua] Nah kalau memang kamu tidak pentingkan orang jelek atau ganteng, saya cocok berteman denganmu.
[Ben] Terserah kamu sajalah.

Demikianlah awal mula Ben mengenal Josua. Di tengah kegalauannya  Josua bisa menjadi teman ngobrol yang asyik walau dia sama sekali tidak mengenal wajahnya.
Semakin lama berteman , Ben dapat merasakan perhatian Josua. Di kala ia sedang galau saat teringat pengalaman buruknya dengan mantan BFnya, Josua senantiasa mengingatkannya untuk tetap semangat dan makan secara rutin.  Ia bersyukur ada teman yang mau menguatkan dan memberinya semangat. Josua juga selalu membuatnya tersenyum dengan lelucon-leluconnya atau terkadang Josua merekam suaranya untuk menghibur Ben. Ben sangat menghargai upaya Josua walau ia tidak bisa sepenuhnya melupakan mantan BFnya. Padahal ia sama sekali tidak mengenal wajah Josua seperti apa. Sebenarnya di luar Josua, banyak teman Facebook lainnya yang ngobrol dengannya. Namun dengan yang lainnya, ia merasa tidak cocok. Kebanyakan hanya ingin berhura-hura dan menikmati hubungan intim saja. Terlalu banyak yang aneh-aneh. Ada yang minta jadi kekasihnya, padahal baru juga kenal.

Ben sendiri lama-lama semakin suka dengan Josua. Ia terkadang membayangkan Josua sebagai pangeran yang menggantikan mantan BF nya. Biar bagaimana pun ia merasa kesepian setelah putus dengan kekasihnya. Dulu ada teman yang menjadi tempatnya berbagi apa pun kecuali keperjakaannya. Ben memang menjaganya untuk orang yang benar-benar tepat. Dia sudah mempelajari bahwa hubungan sesama pria yang dengan mudah mengobral nafsu tidak akan berlangsung lama. Hal ini diamat-amatinya dari status para temannya di Facebook. Berbeda dengan Josua, percakapan mereka berlangsung sehat. Tidak ada yang aneh walau sekali-kali timbul pertanyaan yang nyeleneh dari kedua belah pihak. Mereka saling berbagi kisah tentang pengalaman mereka sehari-hari.

Hubungan mereka semakin lama semakin intens. Baik Ben dan Josua semakin mengenal pribadi masing-masing dan merasa ada kecocokan sehingga Ben bertekad ingin mengenal Josua lebih jauh. Ben pun kemudian bermaksud datang ke Jakarta menemui Josua. Josua merasa senang. Setelah satu setengah tahun hubungan mereka berjalan, sekarang sudah tiba waktunya mereka berjumpa.
Ben pun membeli tiket penerbangan Surabaya ke Jakarta. Josua berjanji akan menjemputnya. Josua akan mengenakan topi berwarna coklat sehingga mudah dikenali. Sedangkan Ben tidak perlu mengenakan atribut khusus karena di akun Facebook nya ia telah memasang foto dirinya. Mereka berdua pun sepakat.

Hati Ben terasa berdebar-debar namun berbunga-bunga. Dia mengharapkan Josua bisa menjadi pengisi hatinya setelah ia menutup pintu hatinya selama ini.
Namun dalam salah satu chat nya, Josua sudah mengingatkan. Pertemuan kali ini bisa saja menjadi pertemuan dan pertemanan terakhir mereka.  Karena setelah Ben melihat Josua lalu tidak menghendakinya karena wajahnya yang tidak menarik, mereka bisa langsung putus hubungan. Josua sudah berjanji tidak akan sakit hati, bila ternyata setelah bertemu Ben memutuskan hubungan mereka. Hari ini adalah hari perjanjian mereka untuk bertemu. Ben berjanji akan mentraktir Josua makan karena mau menjemputnya.

--- akhir kilas balik –

Ben terus mencari-cari Josua dengan gelisah. Ia tidak melihat ada pemuda yang memakai topi coklat sehingga ia pun berjalan ke sana ke mari. Ia pun meraih telepon genggamnya dan mencoba menghubungi Josua, namun Josua tidak mengangkatnya.
Di tengah kegelisahannya, Ben terus mencari. Tiba-tiba dari arah berlawanan, berjalan seorang pemuda yang membuatnya terkesima. Pemuda ini memiliki tinggi seperti dirinya atau lebih tinggi sedikit. Rambutnya berwarna hitam dan sepertinya rambutnya tampak berkilauan yang menunjukkan ia merawat rambutnya dengan baik. Wajahnya putih bersih dan seperti bersinar. Melihat raut wajahnya yang oriental, Ben langsung menyukai sejak pertama kali ia melihatnya. Sosok tubuhnya juga proporsional. Tidak kurus dan tidak gemuk. Sungguh mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna, gumam Ben. Ia sepertinya sudah jatuh hati sejak pandangan pertama. Semakin ia memperhatikan sosok pemuda itu, semakin ia mengaguminya. Mereka hanya berpas-pasan saja. Pemuda itu tersenyum kepadanya yang kemudian dengan terlambat dibalas senyumannya karena Ben menjadi grogi melihat pemuda bak dewa yang sangat menawan. Sekilas ia ingin membalikkan badannya mengikuti pemuda itu. Namun tiba-tiba matanya tertumbuk pada seseorang yang mengenakan topi warna coklat!

Dipandangnya pemuda itu baik-baik. Kalau diperhatikan sepertinya usianya lebih dari 30 tahun. Bukankah Josua baru 26,5 tahun karena ia sudah satu setengah tahun mengenal Josua  sejak Josua berusia 25 tahun! Kulit wajahnya putih dan tampak ia berpakaian sangat rapi. Ia seperti seorang pemuda yang baik hati dan ramah tamah. Sayangnya pemuda ini agak sedikit gemuk dan dalam pandangannya tidak tampan alias biasa saja. Hati Ben sedikit kecewa. Harapannya musnah untuk mendapatkan seorang kekasih yang tampan. Namun ia tahu sesuatu yang bersifat fisik hanyalah bersifat sementara dan bisa menjadi tua sedangkan budi pekerti, karakter dan pembawaan seseorang sulit berubah. Ia pun membulatkan tekadnya menemui sang pemuda.
Ia memberikan senyumannya kepada orang yang telah menjadi teman ngobrolnya selama satu setengah tahun dan telah menghiburnya selama ia galau.
“Halo Josua. Saya Ben. Senang bertemu denganmu. Terima kasih sudah mau menjemput saya!” sapanya.
Pemuda itu pun menyambut jabatan tangan Ben.
“Halo. Senang bertemu dengan mu” balasnya ramah sambil tersenyum.
Senyum yang tulus yang dapat dirasakan Ben. Walau tidak tampan, wajah pemuda di depannya ini memancarkan kebijakan yang melebihi raut wajahnya.
“Hayo kita makan dulu, saya ingin mentraktir kamu” Ben mengajak kenalannya itu. Namun kenalannya itu tampak enggan beranjak.
“Maaf ya. Nama saya bukan Josua. Saya mengenakan topi ini karena diminta pemuda yang tadi berpas-pasan denganmu. Saya hanya mengikuti permintaan tolongnya. Dia berpesan bahwa kalau kamu mengajak saya makan, maka saya harus mengatakan kepadamu bahwa ia menunggu kamu di restoran itu” kata si pemuda sambil menunjukkan tangannya ke sebuah restoran di depan mereka.
“Menurut dia, ini adalah semacam ujian buatmu. Kalau kamu memang mementingkan fisik maka ia berkata persahabatan kalian tidak lagi bertumbuh. Begitu pesannya.” Sahut si pemuda di depannya.
Ben sungguh terkejut. Ia tidak menyangka pemuda yang tadi berpas-pasan dengannya adalah teman chat nya selama ini. Orang yang sangat diharapkan dan dimimpikannya.
Sambil mengucapkan terima kasih. Ben pun berjalan menuju ke restoran yang dimaksud.
“Eh tunggu dulu. Tolong kembalikan topi ini kepadanya!” pemuda yang diminta tolong Josua menyodorkan topi ke Ben.
“Eh baik. Terima kasih” Ben membalasnya.
“Ha…ha… Kalian berdua sangat baik dan tampan. Kalian sangat cocok satu dengan lain. Semoga hubungan kalian langgeng” pemuda ini memberi pujian.
“Terima kasih sekali lagi” Ben mengambil topi Josua dan berjalan ke restoran.
Sementara itu Josua yang melihat kejadian itu tersenyum. Ia senang telah mendapatkan seorang teman sehati nya. Ia sudah lama mencari orang yang sesuai kriterianya. Ia bersyukur bahwa Ben benar-benar orang yang menghargai nilai-nilai persahabatan melampaui ketampanan fisik.

Ben pun masuk ke restoran itu dan dengan cepat menemukan Josua yang sedang menantinya di sebuah meja. Senyum mereka berdua mengembang. Josua menyambut kedatangan Ben dengan sukacita. Demikian pula dengan Ben. Ben langsung memasangkan topi coklat yang dibawanya. Ben memandang kagum pada Josua yang dianggapnya sangat tampan. Sedangkan Josua juga mengagumi sosok tubuh Ben yang gagah yang mendukung penampilannya yang menawan. Persis seperti di foto yang dipasang di Facebook. Mereka berdua pun berbagi cerita dengan gembira setelahnya. Persahabatan mereka menemukan masa depannya. Mereka berdua tidak mengutamakan keindahan wajah sahabatnya walau mereka saling mengagumi.


--selesai—

1 komentar:

  1. Saya Gay 31th. tinggal di bangka belitung. hoby traveling. kalo lagi ada rejeki bisa 2-3x per tahun,
    saya keluar pulau.

    semoga bisa dapat kenalan yg sama sama suka ngetrip.
    barangkali nanti bisa liburan bareng.
    mungkin juga daerahmu menarik untuk dikunjungi, & bisa ditemani sm kamu keliling...?

    saya single. saya gak cari BF.
    udah bosan sakit hati.
    cari teman or saudara itu lebih baik.
    yg sopan... yg punya tatakrama...!

    juga tertarik dengan kenalan yang islami. alim. sholat. agar bisa belajar hidup lebih baik kedepannya.

    maaf yg ngondek / kemayu
    jangan kontak yach... khusus
    yg penampilan normal aja...
    yg porno. yg sibuk ngajak VC bugil.
    langsung blokir.

    BBM : Ajor1986
    WA : O8I2I9I525O

    BalasHapus