Bandara Soekarno Hatta dipenuhi oleh para penumpang
yang mendarat dari berbagai rute penerbangan. Ben, seorang pemuda tampan, baru
saja keluar dari tempat pemeriksaan bagasi dan melangkah menuju tempat
penjemputan. Mata Ben melihat ke sekeliling tempat penjemputan bandara Soekarno
Hatta dengan cermat. Sudah berkali-kali ia memeriksa dengan teliti orang-orang
yang ada di sekelilingnya. Ia memang menantikan jemputan dari kenalannya di Facebook
yang telah menjadi temannya begitu lama, namun ia belum melihat tanda-tanda
keberadaan orang itu. Ia menjadi gelisah. Ini seharusnya menjadi pertemuan
pertama dengan Josua temannya itu. Ia tidak pernah tahu seperti apa wajah dan
perawakan Josua. Selama ini ia hanya bertegur sapa dengannya tanpa mempedulikan
seperti apa Josua sebenarnya. Pikirannya sejenak menerawang masa lalu.
--kilas balik—
PING… terlihat di akun Facebook nya ada
tanda merah di menu pertemanannya, tanda bahwa ada seseorang yang mengundangnya
menjadi teman.
Ben pun segera membuka profile orang
tersebut. Namanya Josua tanpa embel-embel yang lain. Sangat sederhana dan mudah
diingat. Namun terlalu sedikit informasi yang diperoleh dari akun Joshua.
Sebenarnya Ben sangat malas berteman
dengan orang yang tidak jelas seperti Josua ini. Fotonya saja tidak ada. Pasti
ada sesuatu yang disembunyikannya. Namun karena mood Ben sedang kacau karena
baru saja putus dengan kekasih prianya, ia menyetujui juga pertemanan yang
diajukan Josua.
Tiba-tiba muncul jendela chat di
Facebook-nya.
[Josua] makasih bro.
[Ben] sama-sama. (Ben terbiasa bersikap ramah terhadap siapa pun
sehingga walau sedang tidak mood, ia tetap membalasnya).
[Josua] stay di mana?
[Ben] Surabaya. Kamu?
[Josua] Jakarta. Wah jauh ya. Moga-moga
kita bisa berteman baik ya.
[Ben] Yoi.
[Josua] Kalau boleh tahu, kamu umur
berapa?
[Ben] 26 tahun (wah sopan amat, minta ijin dulu gumamnya dalam hati
sambil mengetik jawabannya). Kamu?
[Josua] setahun di bawahmu. Kamu sedang
apa nih?
[Ben] sedang galau (Ben memasukkan ikon muka merengut di samping
tulisannya)
[Josua] Kenapa begitu bro?
[Ben] Alasan klasik. BF selingkuh. (Ben menjawab blak-blakan karena memang ingin memaki
kekasihnya yang mengkhianatinya. Namun karena tidak ada tempat curhat maka ia
pun mencurahkan ke teman barunya)
[Josua] Waduh… satu lagi korban cowo
tidak setia.
[Ben] Kamu sendiri bagaimana? Sudah
punya BF?
[Josua] Masih jomblo nih.
[Ben] Mengapa begitu?
[Josua] Nah itu dia. Saya takut pacaran
dengan cowo yang tidak setia. Makanya saya berhati-hati memilihnya. Sampai saat
ini, saya belum bertemu dengan kriteria yang saya inginkan.
[Ben] Mmm…. Kamu Chinese ya?
[Josua] Tahu dari mana?
[Ben] Hanya menduga saja.
[Josua] Kamu jago menebak. Kamu sendiri?
[Ben] Saya campuran. Ada Chinese dan
Jawa.
[Josua] Kamu tidak mencari lagi BF?
[Ben] Mau. Tapi nantilah. Hati saya
masih sakit. Saya belum bisa menerima alasan dia selingkuh.
[Josua] Memang apa alasannya?
[Ben] Katanya saya tidak mau diajak
hubungan intim.
[Josua] Oh ya? Memang benar?
[Ben] Benar. Saya hanya mau menyerahkan
keperjakaan saya setelah saya menikah atau setidaknya hubungan kami telah
memasuki tahap yang matang. Biar bagaimana pun cinta bukanlah nafsu.
[Josua] Pantas saja BF mu kabur!
[Ben] Begitulah kenyataannya. Memang
pahit. Hanya pentingin sex saja.
[Josua] Jadi selama ini kamu tidak
pernah ciuman dan raba-rabaan?
[Ben] Wah itu pribadi. Saya malas
menjawabnya.
[Josua] Memang kriteria untuk jadi BF
kamu apa sih?
[Ben] Yang penting setia, baik hati dan
tidak ngondek. Saya tidak suka cowo yang klemar-klemer dengan gaya melambai.
[Josua] Ha…ha… Tanpa mengurangi hormat
kepada golongan mereka, saya juga tidak suka dengan cowo begitu.
[Ben] Kamu sendiri bagaimana?
[Josua] Kurang lebih sama. Saya juga
tidak mementingkan sex. BF mu itu yang pertama?
[Ben] Betul. Bukan BF lagi, tapi mantan.
Kita sudah jalan hampir 5 tahun sejak saya lulus kuliah.
[Josua] Oh teman kuliah ya?
[Ben] Yoi.
[Josua] Kamu pasti cepat dapat gantinya.
Kamu kan ganteng habis.
[Ben] Ha…ha… Bisa saja. Memang banyak
yang minta jadi BF tapi saya malas. Belum apa-apa sudah minta foto saya bugil
atau minta ML segala.
[Josua] Memang begitu. Kebanyakan
kenalan di FB kan ujung-ujungnya ke situ.
[Ben] Foto kamu mana?
[Josua] Malas pasangnya. Dulu saya
pernah punya akun FB lainnya dan di sana saya pasang foto-foto saya. Tapi
kemudian banyak yang menyalahgunakan dan mengambilnya tanpa ijin. Jadi saya
tutup akun FB itu dan saya buka akun FB yang baru , namun malas memasang foto lagi.
[Ben] Kirim dong ke saya lewat inbox
[Josua] Ok. Nanti suatu kali kita akan
bertemu langsung saja ya.
[Ben] Jiah… Sekarang aja lagi.
[Josua] Maaf ya. Saya hanya minta waktu
agar kita dapat berkenalan tanpa ngobrol aja. Suatu kali kalau kita cocok, kita
akan langsung kopi darat. Bagaimana?
[Ben] Terserah kamu lah. Sebenarnya saya
malas berteman dengan orang yang saya tidak kenal wajahnya.
[Josua] Maaf sekali lagi. Nanti kita
bisa langsung bertemu kan?
[Ben] Tapi itu masih lama. Kamu pakai rahasia-rahasiaan
segala. Buat bĂȘte aja.
[Josua] Wah jangan marah dong. Memang
kalau saya jelek, kamu tidak mau berteman dengan saya?
[Ben] Bukan begitu.
[Josua] Nah kalau memang kamu tidak
pentingkan orang jelek atau ganteng, saya cocok berteman denganmu.
[Ben] Terserah kamu sajalah.
Demikianlah awal mula Ben mengenal
Josua. Di tengah kegalauannya Josua bisa
menjadi teman ngobrol yang asyik walau dia sama sekali tidak mengenal wajahnya.
Semakin lama berteman , Ben dapat
merasakan perhatian Josua. Di kala ia sedang galau saat teringat pengalaman
buruknya dengan mantan BFnya, Josua senantiasa mengingatkannya untuk tetap
semangat dan makan secara rutin. Ia
bersyukur ada teman yang mau menguatkan dan memberinya semangat. Josua juga
selalu membuatnya tersenyum dengan lelucon-leluconnya atau terkadang Josua
merekam suaranya untuk menghibur Ben. Ben sangat menghargai upaya Josua walau
ia tidak bisa sepenuhnya melupakan mantan BFnya. Padahal ia sama sekali tidak mengenal
wajah Josua seperti apa. Sebenarnya di luar Josua, banyak teman Facebook
lainnya yang ngobrol dengannya. Namun dengan yang lainnya, ia merasa tidak
cocok. Kebanyakan hanya ingin berhura-hura dan menikmati hubungan intim saja.
Terlalu banyak yang aneh-aneh. Ada yang minta jadi kekasihnya, padahal baru
juga kenal.
Ben sendiri lama-lama semakin suka
dengan Josua. Ia terkadang membayangkan Josua sebagai pangeran yang
menggantikan mantan BF nya. Biar bagaimana pun ia merasa kesepian setelah putus
dengan kekasihnya. Dulu ada teman yang menjadi tempatnya berbagi apa pun
kecuali keperjakaannya. Ben memang menjaganya untuk orang yang benar-benar
tepat. Dia sudah mempelajari bahwa hubungan sesama pria yang dengan mudah
mengobral nafsu tidak akan berlangsung lama. Hal ini diamat-amatinya dari
status para temannya di Facebook. Berbeda dengan Josua, percakapan mereka
berlangsung sehat. Tidak ada yang aneh walau sekali-kali timbul pertanyaan yang
nyeleneh dari kedua belah pihak. Mereka saling berbagi kisah tentang pengalaman
mereka sehari-hari.
Hubungan mereka semakin lama semakin
intens. Baik Ben dan Josua semakin mengenal pribadi masing-masing dan merasa
ada kecocokan sehingga Ben bertekad ingin mengenal Josua lebih jauh. Ben pun kemudian
bermaksud datang ke Jakarta menemui Josua. Josua merasa senang. Setelah satu
setengah tahun hubungan mereka berjalan, sekarang sudah tiba waktunya mereka
berjumpa.
Ben pun membeli tiket penerbangan
Surabaya ke Jakarta. Josua berjanji akan menjemputnya. Josua akan mengenakan
topi berwarna coklat sehingga mudah dikenali. Sedangkan Ben tidak perlu
mengenakan atribut khusus karena di akun Facebook nya ia telah memasang foto
dirinya. Mereka berdua pun sepakat.
Hati Ben terasa berdebar-debar namun berbunga-bunga.
Dia mengharapkan Josua bisa menjadi pengisi hatinya setelah ia menutup pintu
hatinya selama ini.
Namun dalam salah satu chat nya, Josua
sudah mengingatkan. Pertemuan kali ini bisa saja menjadi pertemuan dan
pertemanan terakhir mereka. Karena
setelah Ben melihat Josua lalu tidak menghendakinya karena wajahnya yang tidak
menarik, mereka bisa langsung putus hubungan. Josua sudah berjanji tidak akan
sakit hati, bila ternyata setelah bertemu Ben memutuskan hubungan mereka. Hari
ini adalah hari perjanjian mereka untuk bertemu. Ben berjanji akan mentraktir
Josua makan karena mau menjemputnya.
--- akhir kilas balik –
Ben terus mencari-cari Josua dengan gelisah. Ia tidak
melihat ada pemuda yang memakai topi coklat sehingga ia pun berjalan ke sana ke
mari. Ia pun meraih telepon genggamnya dan mencoba menghubungi Josua, namun
Josua tidak mengangkatnya.
Di tengah kegelisahannya, Ben terus mencari. Tiba-tiba
dari arah berlawanan, berjalan seorang pemuda yang membuatnya terkesima. Pemuda
ini memiliki tinggi seperti dirinya atau lebih tinggi sedikit. Rambutnya
berwarna hitam dan sepertinya rambutnya tampak berkilauan yang menunjukkan ia
merawat rambutnya dengan baik. Wajahnya putih bersih dan seperti bersinar.
Melihat raut wajahnya yang oriental, Ben langsung menyukai sejak pertama kali
ia melihatnya. Sosok tubuhnya juga proporsional. Tidak kurus dan tidak gemuk.
Sungguh mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna, gumam Ben. Ia sepertinya sudah
jatuh hati sejak pandangan pertama. Semakin ia memperhatikan sosok pemuda itu,
semakin ia mengaguminya. Mereka hanya berpas-pasan saja. Pemuda itu tersenyum
kepadanya yang kemudian dengan terlambat dibalas senyumannya karena Ben menjadi
grogi melihat pemuda bak dewa yang sangat menawan. Sekilas ia ingin membalikkan
badannya mengikuti pemuda itu. Namun tiba-tiba matanya tertumbuk pada seseorang
yang mengenakan topi warna coklat!
Dipandangnya pemuda itu baik-baik. Kalau diperhatikan sepertinya
usianya lebih dari 30 tahun. Bukankah Josua baru 26,5 tahun karena ia sudah
satu setengah tahun mengenal Josua sejak
Josua berusia 25 tahun! Kulit wajahnya putih dan tampak ia berpakaian sangat rapi.
Ia seperti seorang pemuda yang baik hati dan ramah tamah. Sayangnya pemuda ini
agak sedikit gemuk dan dalam pandangannya tidak tampan alias biasa saja. Hati
Ben sedikit kecewa. Harapannya musnah untuk mendapatkan seorang kekasih yang
tampan. Namun ia tahu sesuatu yang bersifat fisik hanyalah bersifat sementara
dan bisa menjadi tua sedangkan budi pekerti, karakter dan pembawaan seseorang
sulit berubah. Ia pun membulatkan tekadnya menemui sang pemuda.
Ia memberikan senyumannya kepada orang yang telah
menjadi teman ngobrolnya selama satu setengah tahun dan telah menghiburnya
selama ia galau.
“Halo Josua. Saya Ben. Senang bertemu denganmu. Terima
kasih sudah mau menjemput saya!” sapanya.
Pemuda itu pun menyambut jabatan tangan Ben.
“Halo. Senang bertemu dengan mu” balasnya ramah sambil
tersenyum.
Senyum yang tulus yang dapat dirasakan Ben. Walau
tidak tampan, wajah pemuda di depannya ini memancarkan kebijakan yang melebihi
raut wajahnya.
“Hayo kita makan dulu, saya ingin mentraktir kamu” Ben
mengajak kenalannya itu. Namun kenalannya itu tampak enggan beranjak.
“Maaf ya. Nama saya bukan Josua. Saya mengenakan topi
ini karena diminta pemuda yang tadi berpas-pasan denganmu. Saya hanya mengikuti
permintaan tolongnya. Dia berpesan bahwa kalau kamu mengajak saya makan, maka
saya harus mengatakan kepadamu bahwa ia menunggu kamu di restoran itu” kata si
pemuda sambil menunjukkan tangannya ke sebuah restoran di depan mereka.
“Menurut dia, ini adalah semacam ujian buatmu. Kalau
kamu memang mementingkan fisik maka ia berkata persahabatan kalian tidak lagi
bertumbuh. Begitu pesannya.” Sahut si pemuda di depannya.
Ben sungguh terkejut. Ia tidak menyangka pemuda yang
tadi berpas-pasan dengannya adalah teman chat
nya selama ini. Orang yang sangat diharapkan dan dimimpikannya.
Sambil mengucapkan terima kasih. Ben pun berjalan
menuju ke restoran yang dimaksud.
“Eh tunggu dulu. Tolong kembalikan topi ini
kepadanya!” pemuda yang diminta tolong Josua menyodorkan topi ke Ben.
“Eh baik. Terima kasih” Ben membalasnya.
“Ha…ha… Kalian berdua sangat baik dan tampan. Kalian
sangat cocok satu dengan lain. Semoga hubungan kalian langgeng” pemuda ini
memberi pujian.
“Terima kasih sekali lagi” Ben mengambil topi Josua
dan berjalan ke restoran.
Sementara itu Josua yang melihat kejadian itu
tersenyum. Ia senang telah mendapatkan seorang teman sehati nya. Ia sudah lama
mencari orang yang sesuai kriterianya. Ia bersyukur bahwa Ben benar-benar orang
yang menghargai nilai-nilai persahabatan melampaui ketampanan fisik.
Ben pun masuk ke restoran itu dan dengan cepat
menemukan Josua yang sedang menantinya di sebuah meja. Senyum mereka berdua
mengembang. Josua menyambut kedatangan Ben dengan sukacita. Demikian pula
dengan Ben. Ben langsung memasangkan topi coklat yang dibawanya. Ben memandang
kagum pada Josua yang dianggapnya sangat tampan. Sedangkan Josua juga mengagumi
sosok tubuh Ben yang gagah yang mendukung penampilannya yang menawan. Persis
seperti di foto yang dipasang di Facebook. Mereka berdua pun berbagi cerita
dengan gembira setelahnya. Persahabatan mereka menemukan masa depannya. Mereka
berdua tidak mengutamakan keindahan wajah sahabatnya walau mereka saling
mengagumi.
--selesai—
Saya Gay 31th. tinggal di bangka belitung. hoby traveling. kalo lagi ada rejeki bisa 2-3x per tahun,
BalasHapussaya keluar pulau.
semoga bisa dapat kenalan yg sama sama suka ngetrip.
barangkali nanti bisa liburan bareng.
mungkin juga daerahmu menarik untuk dikunjungi, & bisa ditemani sm kamu keliling...?
saya single. saya gak cari BF.
udah bosan sakit hati.
cari teman or saudara itu lebih baik.
yg sopan... yg punya tatakrama...!
juga tertarik dengan kenalan yang islami. alim. sholat. agar bisa belajar hidup lebih baik kedepannya.
maaf yg ngondek / kemayu
jangan kontak yach... khusus
yg penampilan normal aja...
yg porno. yg sibuk ngajak VC bugil.
langsung blokir.
BBM : Ajor1986
WA : O8I2I9I525O