Selasa, 14 Juli 2015

homo seksual di pondok pesantren


skandal pondok pesantren santri suka sesama jenis,
homo seksual di pondok pesantren,
kisah seorang santri yang terkena penyakit homo/gay


malam ini berwarna ungu kegelapan,namun jika di banding percakapan saya sama teman saya tadi sore tentang masalah yang menimpa dalam jiwanya kegelapan malam ini tidak ada apa apanya
pasalnya point perbincanganya tentang homo sexual di pondok yang di tempatinya
ia merasa terjatuh dalam rimba gay yang semakin tahun terus semakin jadi
ia pun curhat sama saya tentang pengalaman hitamnya begini: gimana aku ini kak..semakin aku balik pada pondok semakin aku menjadi rasa homoku..! Saya pun tersenyum sambil mendengar percakapannya..
aku thu merasa sudah suka sama lelaki ganteng katanya santri dari jawa "amrod"[istilah untuk lelaki yang punya tampan seperti wanita]/bisa dibilang meril dan aku sangat cemburu jika ia di perlakukan oleh anak lain..,saya hanya terdiam dan terus mendengarkan pembicaraannya.

terus ia minta solusi pada saya :gimana ya kak cara menghilangkan rasa sukaku pada teman lekaki.??
 oh mungkin kamu perlu fokus kepada semua pelajaran mu di pondok.&juga urusi dirimu,serta jangan melihat temanmu yang ganteng ganteng.,
tapi kak aku thu sudah terlanjur suka,dan tidak konsen pada pelajaran karna dia,wajahnya thu putih bersih,bibirnya itu kak merah,..zztt.!

begini kak aku kan habis sholat isya' saatnya musyawaroh..sudah ada niat baca kitab dari kamar eh gak taunya sesapai di langger{musholla}malah kepikiran dia.. 


aku thu kak pernah menciumnya,yah layaknya mencium sesama wanita,begitu mesra suka sama suka 

pernah kak pahanya itu di taruh di atas pahaku wah langsung penisku berdiri namun aku berpura pura kebelet pipis,


lalu saya tanya:temen mu itu sekamar dengan mu?? Dia menjawab tidak kak,ia tidak sekamar dengan ku tapi bila tidur ia selalu di musholla bersamaku kak,sambil ku awasi takut ada Boser[istilah tukang sodomi]/sering di bilang juga warok ialah tukang kentis=sodomi
pasalnya ia sering di berlakukan kekerasan yang berupa kentis dari teman teman kamarnya 

dan aku ngerasa tidak terima dan cemburu

tapi kan musti ada juga di pondok mu yang tidak homo?!! Tanya saya, ada sih ada tapi terkadang kesukaannya tidak di tampakkan,mereka yang bisa menahan syahwatnya kak.kata kiaiku kak bila ada seorang santri yang tidak suka pada sesama jenisnya akan ku gurui dia(akan di jadikan guru)!! 

dan juga kak masih lebih banyak syaitan amrod ketimbang perempuan.!!


sekian


Ini tambahan dari saya! (Lattong)
Kebanyakan pondok pesantren amat ketat membatasi pergaulan antara lawan jenis. Kedekatan antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya dianggap tabu. Pondok Pesantern An-Naqiyah di Sumenep tidak terkecuali. Menurut Iskandar, mereka memisahkan setiap santri laki-laki dengan santri perempuan di dalam pondokannya, bahkan para santri laki-laki tidak diperbolehkan sembarangan untuk memasuki wilayah nyai-nyai atau putri para kiai. Kamar-kamar di bagi para santri di pondokan ini lebih ditetapkan sesuai dengan keinginan santri. Tapi, pada umumnya santri paling seniorlah yang menjadi ketua kamar tersebut. Setiap kamar yang berukuran sekitar 5 x 5 meter, dijejali 20 hingga 30 orang. Jadi, kamar itu fungsinya amat terbatas:
hanya untuk beristirahat, menyimpan barang, atau berganti pakaian. Kegiatan lainnya seperti belajar dan tidur biasa dilakukan di depan kamar masing-masing atau di beranda masjid. Kamar mandi yang juga amat terbatas, membuat para santri mempunyai kebiasaan untuk mandi bertelanjang bersama-sama. Di sinilah keakraban sesama pria semakin menemukan lahannya. Obrolan, gurauan dan diskusi terbuka tentang hasrat seksual para santri bukanlah hal yang aneh. Lewat observasi, wawancara, atau percakapan sehari-hari dengan para penghuni pondok ini, Iskandar menyimpulkan bahwa ada tiga pola relasi homoseksual di antara para santri di pondok pesantren An-Naqiyah. Pertama: relasi dengan ikatan, kedua: relasi tanpa ikatan, dan terakhir: relasi seksual untuk kenikmatan. Keterusan yang di atas!lol Pola relasi homoseksual dengan ikatan biasanya melibatkan santri senior dengan santri yang baru saja mendaftar. Ketika baru masuk, beberapa pendaftar yang muda (berumur 12-13 tahun), telah diincar oleh santri yunior yang menerimanya. Seringkali di saat pendaftaran itu, terjadilah kesepakatan di antara kedua santri tersebut. Biasanya kedua santri tersebut akan menempati kamar yang sama, karena kesepakatan di antara mereka untuk saling membantu, saling menjaga, dan saling memberi, dan saling mengasihi. Santri senior dalam hal ini adalah ketua kamar yang disegani oleh penghuni kamar yang lain, sehingga tidak ada santri-santri penghuni kamar lain yang berani melawannya. Dalam kesehariannya kedua santri tersebut akan bersama, saling bergandengan ke manapun mereka pergi. Dalam hubungan ini juga terdapat sistem kekuasaan yang tidak setara, yaitu santri senior bertindak sebagai suami yang konvensional: ialah yang menjaga, membimbing, memberi petuah, dan terkadang juga harus memberi nafkah. Sedangkan santri yunior tersebut berlaku sebagai sosok istri yang menurut terhadapsuami, bersedia menemani dan melayani suami kapanpun dan di manapun, serta memasak untuknya.Biasanya hubungan ini dilakukan di kamar yang mereka tempati. Karena di kamar tersebut santri senior menjadi ketua kamar, jadi ia mempunyai lebih banyak hak dari yang lain. Dalam pola ini biasanya pasangan tersebut hanya saling memeluk, mencium, meskipun tidak menutup kemungkinan lebih jauh. Dari wawancara Iskandar dengan seorang santri senior, bahkan juga terjadi gesek-gesek alat kelamin ke paha atau bahkan ke ketiak pasangannya. Pola ini juga tidak menutup kemungkinan terjadinya hubungan dengan penetrasi anus. Begitu umumnya hubungan homoseksual ini di pesantren An-Naqiyah, sehingga para santri di pondok itu terkadang mengejek mereka yang tidak mempunyai pasangan atau yang tidak melakukan hubungan homoseksual dengan santri lainnya.



Minggu, 12 Juli 2015

Puasa dan Pornografi

Sore ini saya menyaksikan kembali gay yang menghisap perkakas gay di ruang uap.
Mereka berdua tampak cuek.
Selain saya, masih ada seorang lagi yang duduk di samping mereka tanpa melakukan apapun.
Gay yang satu menghisap dengan penuh semangat.
Tidak henti-hentinya ia menghisap sampai gay yang dihisap mengalihkan mulutnya ke badannya.
Setelah itu gay yang menghisap berbalik arah.
Mulutnya tidak lagi menghisap perkakas pasangannya, tapi untuk menghisap tubuh sang pasangan.
Sedangkan tangannya diberdayakan untuk mengocok perkakas sang pasangan.
Mereka berdua dengan santai memperlihatkan pertunjukan mereka.
Memang gay yang dikocok itu memiliki ukuran yang besar.
Begitu mereka melihat ada penikmat sauna lain yang mau masuk ke ruang uap, mereka segera menghentikan permainan mereka.
Gay yang dikocok akhirnya mengeluarkan cairan kenikmatan dan ia pun menyelesaikan kenikmatan ruang uap.


Itu kejadian yang bisa disaksikan di ruang uap.
Saat pasangan gay melakukan hisap menghisap atau saling kocok, mereka menganggap dunia milik mereka berdua.
Kita hanya dianggap sebagai penonton saja.
Kejadian ini selama bulan puasa, baru kali ini saya saksikan.
Kejadian yang lain hanya berupa seorang engko yang menyodorkan perkakasnya untuk minta dihisap , dan hal ini saya tolak.
Gila kali ya menawarkan perkakasnya untuk dihisap.
Yang lucunya lubang kencingnya menghadap di atas (tidak di depan).


Hanya kedua kejadian itu saja yang sempat saya saksikan selama bulan puasa.
Jadi saya berkesimpulan, kalau orang puasa, pasti ia berusaha untuk memberikan yang terbaik pada Allah, dan tidak berani bermain-main atau melakukan tindakan seksual.
Semuanya ingin berhasil penuh dengan puasanya.
Jadi kalau dilihat koneksi antara tindakan seksual yang tidak pantas dengan puasa, rasanya puasa itu membuat orang menjadi lebih rohani dan beriman.
Jadi ada baiknya puasa itu tidak saja dilakukan sebentar (sebulan) tetapi sebanyak mungkin bahkan diluar bulan puasa.
Puasa itu memang bermanfaat untuk menekan nafsu kedagingan manusia.
Makanya Allah  meminta manusia untuk melakukan puasa.
Pasti ada tujuannya.
Puasa membuat manusia menjadi lemah dan biasanya kalau manusia lemah dan tidak berdaya, barulah manusia berpaling kepada Allah dan meminta jalan keluar.


Memang kalau dipikir-pikir, saat manusia kuat dan merasa bisa sendiri tanpa bantuan Allah, maka sebenarnya ia sedang lemah.
Saat itu masalah bisa tiba-tiba menghadang.
Tahu-tahu manusia sudah tergelepar dan melakukan kesalahan serta tak berdaya.

Jadi pilih puasa atau tidak?
Selamat berpuasa!